tag:blogger.com,1999:blog-72959211871643929072024-02-21T00:39:29.603-08:00Nius (news) from ThomasIa mati bagi semua orang, supaya yang hidup, yaitu yang telah menerima hidup kekal dari Yesus Kristus, tidak lagi hidup untuk diri sendiri, dan mencari kesenangan sendiri, tetapi hidup untuk menyenangkan Kristus, yang mati dan bangkit kembali untuk mereka.
2 Korintus 5 :15 (FAYH)Thomas Antonius Kristanto Thiowonohttp://www.blogger.com/profile/02715873967355645195noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-7295921187164392907.post-66728058620647347832011-08-08T09:37:00.000-07:002011-08-08T09:51:26.424-07:00JADILAH SAKSI KRISTUS !<b><span style="font-size: large;">( Markus 5 : 1 – 20 )</span></b><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.05pt;"><o:p> </o:p>Waktu itu terjadi sebuah perdebatan kecil diantara kami, “Apakah perlu ada doa pembuka dan penutup dalam sebuah Liturgi Ibadah Kristiani ?”. Dalam kelompok tersebut saya adalah satu – satunya orang yang berkata tidak perlu, karena memang saya tidak pernah menemukan doa pembuka dan penutup setiap kali mengikuti ibadah di gereja saya. Saya adalah jemaat sebuah GKI (Gereja Kristen Indonesia), sedangkan beberapa rekan mahasiswa jurusan lainnya merupakan jemaat sebuah gereja bercorak Karismatik dan Katolik. Sebagai tugas akhir kelas Apresiasi Musik Gerejawi (AMG), kami diminta secara berkelompok untuk membuat sebuah liturgi ibadah dan kemudian mempresentasikannya di depan kelas.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.05pt;">Tidak heran perdebatan tersebut terjadi, karena kami memang berasal dari gereja dengan corak yang berbeda – beda. Sangat asing sekali ketika saya mensharingkan format liturgi ibadah gereja saya kepada mereka.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Permasalahan yang paling kentara adalah tidak adanya doa pembuka di awal ibadah dan doa penutup di akhir ibadah. Mengapa?</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.05pt;">Bagi seorang GKI sejati pasti sangat terbiasa dengan istilah Votum dan Salam, Pengutusan dan Berkat. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Berdasarkan apa yang saya pahami dari penjelasan singkat Pendeta saya pada waktu itu, dikatakan bahwa Ibadah GKI tidak pernah ditutup dengan doa tetapi selalu diakhiri dengan “Pengutusan dan Berkat”. Karena pada dasarnya ibadah umat Tuhan tidak hanya berhenti ketika sebuah kebaktian berakhir, tetapi terus berlanjut dalam kehidupan sehari – hari; bahkan umat diutus oleh Tuhan untuk menjadi saksi - saksi-Nya. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Ada</st1:place></st1:city> keterkaitan antara umat di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang hingga kedatangan-Nya yang kedua kali. Lalu apa artinya menjadi saksi Kristus ? Marilah kita menyimak kisah – kisah berikut ini.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p><b><span style="font-size: large;">Misionaris Pertama</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA9kMBw4XF-_rBFykWJryDKg2YiYRRtSl_pxNJCCngekRapJQn0sdIrdKiiWnVT2wZcokAluopn3uNXIolKgzPEj6HhtjbsmtzrrXzuAPe8f7WL9hOlUhM2dD2auWe0bj6iYkIjWLtIeI/s1600/PICT0061-734858.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA9kMBw4XF-_rBFykWJryDKg2YiYRRtSl_pxNJCCngekRapJQn0sdIrdKiiWnVT2wZcokAluopn3uNXIolKgzPEj6HhtjbsmtzrrXzuAPe8f7WL9hOlUhM2dD2auWe0bj6iYkIjWLtIeI/s320/PICT0061-734858.JPG" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">“ <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kemudian Yesus dan pengikut – pengikut-Nya sampai di seberang Danau Galilea, di daerah Gerasa. Begitu Yesus turun dari perahu, Ia didatangi seorang laki – laki yang keluar dari gua – gua kuburan</i>.” (Markus 5 : 1 & 2, BIS). Masih ingatkah kita dengan kisah ini ? Kisah tentang Tuhan Yesus yang menyatakan kuasa-Nya dengan menyembuhkan seorang yang kemasukkan roh – roh jahat di Gerasa. Kisah roh – roh jahat yang masuk ke dalam kawanan babi dan kemudian lari terjun dari pinggir jurang ke dalam danau, lalu tenggelam.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Roh- roh jahat itu begitu ketakutan ketika melihat Tuhan Yesus datang. Roh – roh jahat itu sadar dengan siapa mereka berhadapan langsung pada waktu itu, sebuah kekuatan yang jauh lebih superior dibandingkan dengan mereka. Walaupun jumlah mereka banyak (‘legion’), tetapi tetap saja mereka tunduk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan hormat kepada Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Tidak seperti biasanya, pada waktu itu dalam sebuah kelas Studi Berea di gereja kami sang fasilitator memakai kisah ini dari sudut pandang yang berbeda. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Ada</st1:place></st1:city> sebuah penekanan yang menarik pada waktu itu. Penekanan itu ditujukan pada tindak lanjut langsung dari orang yang baru saja dibebaskan oleh Tuhan Yesus dari kuasa roh – roh jahat.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Apabila kita melihat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ending </i>dari kisah menakjubkan ini, maka dapat ditemukan banyak saksi beserta reaksinya. Berawal dari penjaga – penjaga babi, orang – orang lain yang juga menyaksikan langsung peristiwa itu, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>serta para penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya. Seperti yang dituliskan dalam ayat ke-17, Yesus justru diusir oleh penduduk Gerasa setelah mereka menemukan kebenaran dari kabar yang tersiar. Mereka malah merasa ketakutan ketika melihat secara langsung orang yang tadinya kerasukan roh – roh jahat itu sekarang duduk dan sudah berpakaian, bahkan pikirannya juga sudah waras. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Seorang saksi lain memberikan reaksi yang berbeda dan positif. Saksi itu adalah orang yang baru saja dibebaskan dari kerasukkan roh – roh jahat oleh Tuhan Yesus. Dengan segera dan tanpa berpikir panjang, orang itu langsung memutuskan untuk mengikuti Yesus yang hendak naik ke dalam perahu dan pergi. Sebuah respon yang positif dan menyatakan iman yang besar akan kasih dan kemurahan Tuhan Yesus dalam hidupnya. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Namun ternyata Tuhan Yesus punya rencana lain yang sangat bagus dan efektif. Akan sangat sulit bagi seorang Yahudi diterima di kalangan orang non Yahudi. Oleh karena itu Yesus memakai orang tersebut yang temasuk dalam golongan non Yahudi, untuk pulang dan memberitakan kebaikkan Tuhan Yesus atas hidupnya kepada orang - orang segolongannya. Dan kemudian “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Orang itu pun pergi, dan mulai menceritakan di daerah Sepuluh Kota (Dekapolis) apa yang telah diperbuat Yesus kepadanya. Semua orang heran mendengarnya</i>.” (Markus 5:20, BIS). Orang inilah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Misionaris pertama yang diutus oleh Tuhan Yesus ,dan kisah ini tercatat dalam kitab Injil Matius, Markus dan Lukas.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><span style="font-size: large;">Pendoa Keliling</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2GbPnshp41Q3eDXQX88t6Q2SDexVsT6IcWEHvK-hf7UxD22rqw0kc_FIztMj59fUkFxNR2Y6O9D1HxO68hl7U59-CBBBU5IYL48cLKkFuYOVuO8b-eZ27q9I4-nxSmFtsElrc9h1PM5U/s1600/Medical-missionary-praying.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2GbPnshp41Q3eDXQX88t6Q2SDexVsT6IcWEHvK-hf7UxD22rqw0kc_FIztMj59fUkFxNR2Y6O9D1HxO68hl7U59-CBBBU5IYL48cLKkFuYOVuO8b-eZ27q9I4-nxSmFtsElrc9h1PM5U/s320/Medical-missionary-praying.jpg" width="312" /> </a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2GbPnshp41Q3eDXQX88t6Q2SDexVsT6IcWEHvK-hf7UxD22rqw0kc_FIztMj59fUkFxNR2Y6O9D1HxO68hl7U59-CBBBU5IYL48cLKkFuYOVuO8b-eZ27q9I4-nxSmFtsElrc9h1PM5U/s1600/Medical-missionary-praying.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"> </a>Untuk kedua kalinya saya terkena penyakit demam berdarah. Waktu itu saya harus rawat inap di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Rumah Sakit Vincentius A. Paulo / RKZ selama 1 minggu lebih. Hanya terdapat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>buku bacaan dan radio rumah sakit yang dapat membunuh kesepian saya. Ditengah perjuangan melawan rasa sakit akibat turunnya trombosit di dalam tubuh, saya selalu mengharapkan adanya penghiburan dari Tuhan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"> Tuhan mendengarkan doa saya. Dia memberikan teman – teman <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>seperjuangan dalam sebuah kamar kelas ekonomi di RKZ. Tuhan memakai pasien lainnya, suster penjaga dan beberapa teman – teman gereja untuk menunjukkan bahwa saya tidak berjuang seorang diri. Sebelah kiri saya terdapat opa Frans yang berusia 60 tahunan , korban tabrak lari ketika sedang bersepeda santai di pagi hari. Tulang pinggangnya patah, dan pergerakkannya menjadi sangat terbatas sehingga harus dibantu oleh orang lain. Tak henti – hentinya saya dibuat tertawa oleh opa Frans sepanjang hari.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Memasuki hari yang ke-5 , kondisi tubuh saya semakin melemah. Pada waktu itu saya selalu batuk - batuk dan mengeluarkan riak yang bercampur dengan darah beku. Setiap kali darah beku itu keluar, saya selalu merasa kesakitan. Sepanjang hari itu saya mengeluh dan marah dalam hati karena si dokter sedang tidak ada di tempat. Beliau sedang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengikuti retret di gerejanya dan tidak dapat dihubungi. Suster jaga selalu berusaha memberikan penjelasan kepada saya dan memohon pengertian yang lebih pada waktu itu. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Penderitaan terbesar terjadi ketika tengah malam tiba. Hampir beberapa menit saya selalu batuk – batuk dan mengeluarkan darah beku. Sempat sesekali nafas menjadi sesak dan sulit untuk bernafas. Setiap beberapa menit saya selalu memencet tombol panggilan,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hingga akhirnya seorang suster jengkel dan meminta saya untuk bersabar karena dokter memang belum dapat dihubungi. “Bu Dokter, angkatlah teleponmu !” protes saya dalam hati.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">“Ting…ting..ting..ting..tingggg “ , bunyi lonceng kecil itu membangunkan tidur nyenyak saya setelah beberapa kali berjuang untuk dapat beristirahat. Bunyi lonceng yang nyaring itu menandakan waktunya mandi dan bersiap diri menyambut cerahnya pagi hari. Lagi – lagi saya harus memakan bubur yang hambar dengan kuah yang agak berminyak itu. “Ah, lagi – lagi bubur berminyak. Kapan nih makan enaknya ?” kata saya dalam hati. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Untuk beberapa menit kemudian suasana Rumah Sakit semakin ramai dengan aktivitas para suster dan dokter yang berlalu - lalang. Saya kembali mengisi kekosongan waktu itu dengan membaca buku yang saya bawa. Saya selalu berharap bahwa Tuhan akan memberi sesuatu yang spesial di hari itu, dan Dia mendengarkan doa saya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Siang hari, sekitar Pkl. 13.00 wib datang beberapa orang asing mengunjungi kami yang sedang beristirahat. Mereka adalah orang – orang gereja sebuah gereja karismatik yang mau mendoakan kami satu persatu, dan kemudian membagikan brosur kegiatan mereka. Hal yang sama dilakukan oleh sekelompok bapak – bapak yang juga mendoakan kami, serta share tentang kegiatan komunitas mereka di dalam Kristus. Sempat terlintas dalam pikiran saya:” Kapan ya anak – anak pemuda remaja gereja kami bisa melakukan pelayanan doa keliling seperti ini ?” Saat itu saya cukup terhibur dan merasakan nuansa kekeluargaan di dalam Yesus Kristus.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Selang beberapa menit kemudian muncul seorang opa usia sekitar 65 – 70 tahun , yang masuk dan melakukan hal yang sama, yaitu doa keliling. Semula saya sempat mengeluh, “Ah , didoakan lagi nih!”. Setelah melewati 2 orang pasien, maka tibalah giliran saya. Dengan nada yang lirih opa tersebut menanyakan 2 hal yang sangat mendasar, “ Namamu siapa? Sedang sakit apa ?” Ketika semua informasi didapatkan, maka si opa pun segera meraih kedua tangan saya dan mulai berdoa. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Semula terdengar suara opa yang begitu lembut mendoakan saya. Akan tetapi setelah itu terdengar suara yang agak bising di dekat saya. Kemudian karena penasaran saya pun membuka mata dan melihat sesuatu hal yang mengejutkan. Ternyata si opa terkena penyakit <i style="mso-bidi-font-style: normal;">parkinson</i>. Jadi suara bising itu berasal dari benturan arloji si opa dengan besi pegangan ranjang tempat saya berbaring. Tangan saya juga menjadi ikut bergoyang ketika didoakan. Setelah itu sayapun menutup mata saya kembali dan menikmati setiap kata dalam doa si opa. Air mata menetes sedikit demi sedikit. Saya merasa telah melihat Tuhan Yesus dalam diri opa ini. Saya serasa berjumpa langsung dengan Tuhan Yesus yang berkata : “ Jangan takut. Ini Aku. Kamu tidak berjuang sendirian.” </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Setelah selesai mendoakan , si opa pun lanjut berjalan menuju ke pasien selanjutnya. Kemudian ada seorang pasien yang berkomentar kalau opa tersebut adalah tetangganya. Opa tersebut memang terkenal rajin untuk doa keliling di RKZ. Dia adalah seorang Katolik yang setia dalam melakukan pelayanan doa kepada orang sakit. Untuk menuju <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ke RKZ, si opa pun harus berjalan kaki dari rumah yang tidak terlalu jauh lokasinya. “ Ya Tuhan, aku baru saja melihat Engkau di sini !” kagum saya dalam hati. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><span style="font-size: large;">Klien Asuransi</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJFVkjke5flM2h5oFaKEz73EZZguOwbDhuwwRqiw9r7m0BMVtzVSF3uDGuqEbT4yIJh9NHUahIPesj7Vv0VSY4YfxW6pD4WLD-4eTmyQnd0Q47-0Vj9TPcKEJA7dGrzSUnKdt4qf4tX9M/s1600/missionary.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJFVkjke5flM2h5oFaKEz73EZZguOwbDhuwwRqiw9r7m0BMVtzVSF3uDGuqEbT4yIJh9NHUahIPesj7Vv0VSY4YfxW6pD4WLD-4eTmyQnd0Q47-0Vj9TPcKEJA7dGrzSUnKdt4qf4tX9M/s320/missionary.jpg" width="320" /> </a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Beberapa saat yang lalu kantor kami didatangi oleh seorang sales asuransi. Kehadirannya membuat kami cukup terganggu , khususnya saya. Sales asuransi ini adalah seorang wanita muda, berkulit putih , bertubuh pendek, berkacamata, dan memiliki ekspresi wajah yang selalu ceria. Hampir setiap hari sales tersebut datang untuk melakukan proses pendataan karyawan kantor kami yang hendak diasuransikan kesehatannya. Setiap bertemu orang baru, sales ini selalu meminta waktu untuk menawarkan produk asuransinya. Terkadang konsentrasi kami menjadi terganggu ketika mendengar suara kerasnya, sewaktu memprospek seseorang.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Suatu hari datang seorang klien kami yang hendak mengkonsultasikan proyeknya. Bapak ini berperawakan tinggi dan juga berkacamata. Raut wajah dan cara bicaranya mencerminkan seseorang yang sangat sopan dan sabar. Kedatangannya disambut hangat oleh seorang rekan kami di meja bundar besar, tempat kami biasanya berdiskusi.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Selang beberapa menit, datanglah si sales asuransi. Sejenak ia melihat kondisi di sekelilingnya dan kemudian duduk di dekat meja bundar tersebut. Waktu itu sang klien sedang duduk sendirian menunggu rekan kami yang masih memeriksakan sesuatu sesuai permintaan si bapak. Tanpa basa – basi sales asuransi tersebut mendekati si bapak dan menanyakan hal yang mendasar, “Bapak sudah punya asuransi kesehatan?”. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Anehnya bapak ini cukup asing dengan istilah asuransi, sehingga si sales pun harus menjelaskan sedikit mengenai apa itu asuransi. Beberapa menit kemudian sang bapak memotong begitu saja pembicaraan mereka. Bapak itu langsung berkata, “ Maaf saya tidak butuh asuransi, saya sudah punya Tuhan Yesus!” Cukup tegas sang bapak mengatakannya dan membuat sales itu mendadak terdiam seribu bahasa. Saya pun dengan beberapa karyawan lainnya ikut terdiam sejenak dan langsung menoleh ke arah mereka. “Siapa bapak ini ? Berani sekali berbicara seperti itu di depan umum. Benar – benar punya iman yang besar !” ujar saya dengan penasaran. Kemudian sales itu sedikit demi sedikit mengambil langkah mundur dan ijin untuk mengakhiri pembicaraan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">“Saya sudah punya Tuhan Yesus !”, kalimat ini terus terngiang – ngiang dalam pikiran saya pada waktu itu. Saya menjadi sedikit gelisah dan mempertanyakan , “ Bagaimana dengan saya ya? Saya termasuk seorang aktivis yang rajin beribadah, akan tetapi apakah saya punya iman sebesar Bapak ini? Hm…” Kemudian perhatian saya kembali tertuju kepada si bapak yang sedang bercerita tentang kisah anak kostnya. Dulu pemudi tersebut belum percaya kepada Tuhan Yesus dan berkeyakinan lain. Sebagai pemilik kost ,si bapak kemudian mulai memperkenalkan tentang Tuhan Yesus dan kehidupan bergereja. Membutuhkan waktu yang cukup lama memang, tapi sangat efektif. Dan baru – baru ini terdengar kabar bahwa pemudi tersebut telah menjadi aktivis di sebuah gereja. Sungguh luar biasa karya Tuhan Yesus melalui Bapak ini , yang telah menjadi saksi-Nya. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><br />
<br />
<a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Pernyataan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“ Jadilah Saksi Kristus !” yang sering kita dengar di akhir ibadah, bukanlah sebuah undangan namun merupakan sebuah “perintah” dari Tuhan Yesus langsung untuk menjadi saksi-Nya. Kita selalu diutus oleh-Nya untuk bersaksi bagi dunia yang cemar. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Semua anak Tuhan dapat menjadi saksi Kristus, seperti opa dan bapak yang ada dalam kisah nyata di atas. Untuk menjadi saksi-Nya tidak harus menjadi seorang Pendeta ataupun Misionaris. Bahkan seringkali Tuhan Yesus memakai Jemaat awam untuk menjadi saksi bagi Jemaat awam lainnya. Seperti orang yang tadinya kerasukan itu yang adalah seorang non Yahudi , diutus untuk bersaksi kepada penduduk Dekapolis yang merupakan kelompok non Yahudi juga. Tuhan Yesus tidak pernah berkarya sendiri di dunia ini. Dia menginginkan anda dan saya untuk menjadi patner kerjanya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Untuk menjadi saksi Kristus kita harus mengalami terlebih dahulu “kasih Tuhan” di dalam hidup kita. Tidak harus mengalami peristiwa / mukjizat yang supranatural. Dengan masih diberikannya nafas kehidupan, keluarga / orang – orang yang kita cintai, pekerjaan, maupun kesehatan , maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya kita ini adalah orang yang sangat dikasihi-Nya. Terlebih lagi Anugerah Keselamatan yang telah kita terima secara gratis, sangat berharga dan melebihi segalanya. Pengalaman kasih inilah yang menjadi bahan bagi kita untuk bersaksi, sambil memperkenalkan pribadi Tuhan Yesus kepada orang lain di sekitar kita.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Tidak ada yang sia – sia untuk bersaksi bagi Kristus. Seperti yang dicatat dalam kitab Markus 7 :31 – 32, Yesus mendapatkan respon yang jauh lebih baik dari sebelumnya ketika berada diantara penduduk Dekapolis dan membuat mukjizat. Peristiwa ini terjadi beberapa saat kemudian setelah peristiwa pengusiran roh – roh jahat di Gerasa.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Penduduk Dekapolis sudah jauh lebih mengenal tentang Tuhan Yesus dan apa yang telah diperbuat-Nya, melalui orang yang tadinya kerasukkan roh - roh jahat tersebut. Dia membukakan jalan bagi Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam hidup penduduk Dekapolis. Sama halnya dengan kita yang seharusnya membukakan jalan bagi Tuhan Yesus untuk berkarya dalam hidup sesama kita.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;">Oleh karena itu saudara - saudara, “<b>Jadilah Saksi Kristus </b>!” Tidak hanya dalam perkataan tetapi juga dalam perbuatan kita. Jadilah saksi Kristus dengan menjadi karyawan yang baik di kantor kita masing - masing; dengan menjadi atasan yang baik dan takut akan Tuhan; dengan berperilaku yang baik dan sesuai firman Tuhan kepada anak, mertua, pembantu, sopir maupun tetangga kita. Bahkan kepada musuh – musuh yang telah melukai dan mempermalukan kita.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><br />
Semua orang percaya dapat menjadi saksi Kristus, pertanyaannya adalah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><b><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Georgia", "Times New Roman", serif;"> “ Maukah Anda Menjadi Saksi Kristus ? ”</span></span></b><br />
<br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMMUN_jMK2H84kHjdNHvUzZNZutmSIipIZ1_dw8Mo81v2RSN6Wpg8tUy56QKdeJ01K6mv88GANJaBe4GEstStkpNAlLiuPHP3yFAMBy4QilkDYboFOWEdqzkXd4Z44GzLZTHRdR8NBzU4/s1600/evangelism.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMMUN_jMK2H84kHjdNHvUzZNZutmSIipIZ1_dw8Mo81v2RSN6Wpg8tUy56QKdeJ01K6mv88GANJaBe4GEstStkpNAlLiuPHP3yFAMBy4QilkDYboFOWEdqzkXd4Z44GzLZTHRdR8NBzU4/s400/evangelism.jpg" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><b><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Georgia", "Times New Roman", serif;"></span></span></b> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><b><span style="font-family: "Arial", "Helvetica", sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Dan Kabar Baik tentang bagaimana Allah memerintah akan diberitakan ke seluruh dunia, supaya semua orang mendengarnya. Sesudah itu barulah datang kiamat.” (Matius 24 : 14, BIS)</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 30.0pt;"><br />
</div><br />
Thomas Antonius Kristanto Thiowonohttp://www.blogger.com/profile/02715873967355645195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7295921187164392907.post-42562884735498205432011-02-22T08:13:00.000-08:002011-06-09T03:41:13.312-07:00GEREJA BUKAN GEDUNGNYA<b> MENDUA ? NO WAY !</b> Adalah sebuah tema yang diangkat oleh Derap Remaja dalam edisinya yang ke-29, pada minggu ke-2 di bulan Maret 2011. Tema ini berdasarkan kisah dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego (S-M-A) dalam kitab Daniel 3: 1-30. Masih ingatkah anda dengan kisah mereka dalam Alkitab ?<br />
<br />
<br />
<b>Kota Patria</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvFIvvusynfsHY1WdGys73jkANJKdE3JbXWRCN3z4kPKs3x3kxsx-SJ_3oReV50iITIjd4t-aBBPNZSExxUrA5FhsmIXCMOjhNRbBLjyDfQ5HaaGn0K3PyLQ0XAzTlynIwvggO0FaFQX4/s1600/DSC01569.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvFIvvusynfsHY1WdGys73jkANJKdE3JbXWRCN3z4kPKs3x3kxsx-SJ_3oReV50iITIjd4t-aBBPNZSExxUrA5FhsmIXCMOjhNRbBLjyDfQ5HaaGn0K3PyLQ0XAzTlynIwvggO0FaFQX4/s320/DSC01569.JPG" /></a></div>Jalan Setapak Hotel Patria Garden<br />
<br />
<br />
Sore itu langit di luar tampak gelap, dan udara di dalam mobil gereja semakin membuat tubuh ini bergetar. Hanya terdapat 3 orang penumpang saja dan seorang sopir di depan. Sambil menikmati perjalanan kami, saya pun berusaha menyusun kembali draft refleksi yang telah saya persiapkan sebelumnya. Langkah ini saya lakukan segera, setelah mengetahui bahwa sayalah yang nantinya akan menyampaikan firman sepenuhnya. Sebuah shock terapi yang justru membuat saya semakin detail dalam menggali materi refleksi yang telah saya persiapkan sebelumnya.<br />
<br />
Sabtu, 12 Febuari 2011, kira – kira pkl.17.10 wib kami tiba di Blitar Kota Patria. Sebuah kota yang sangat kental dengan nuansa mayoritasnya. Kami telah memasuki kawasan Makam Bung Karno, tempat dimana gereja kami harus melayani untuk pertama kalinya di kota Blitar. Entah kenapa sampai saat ini kami masih penasaran dengan arti kata “Patria”. Dan kata itu kami temukan hampir di setiap jalan yang kami lalui. Apa artinya ya ???<br />
<br />
Tempat pertama yang kami singgahi adalah Hotel Patria Garden , tempat kami menginap. Kedatangan kami disambut dengan sebuah gerbang yang kurang meyakinkan untuk sebuah hotel. Gerbang itu hanya berupa dinding tengah yang cukup tebal, yang memisahkan kedua buah jalur masuk ke dalam area hotel. Dan di bagian awal jalur masuk kami nampak nuansa perkampungan warga, hal ini semakin menambah keraguan kami akan definisi sebuah hotel. Dengan memajukan perjalanan kami beberapa meter ke depan, akhirnya ditemukanlah sebuah hotel dengan konsep terbuka seperti sekumpulan rumah singgah. Segera kami masuk ke dalam kamar untuk persiapan pribadi sebelum mengikuti Persekutuan Pemuda – Remaja GKI Sidoarjo Bajem Blitar.<br />
<br />
<br />
<b>Sekilas Bajem Blitar</b><br />
<br />
Di tahun 2011 ini GKI Ngagel mempunyai misi untuk membantu GKI Sidoarjo dalam pengadaan pembicara untuk Persekutuan Pemuda – Remaja dan Kebaktian Umum Bajem Blitar, 1 bulan sekali. Selain pembicara, diharapkan juga adanya paduan suara / vocal group yang dapat membuat kebaktian umum Jemaat Bajem Blitar menjadi lebih hidup. Mereka adalah Jemaat yang setia di tengah perjuangan untuk mendapatkan ijin dan perlindungan beribadah dari Pemerintah Daerah setempat.<br />
<br />
Ada cukup banyak traumatis dan kekecewaan yang dialami oleh panitia (= seperti Majelis Jemaat) beserta Jemaat Bajem Blitar sendiri. Dimulai dengan adanya perpecahan antar kelompok sehingga saling berebut Jemaat (mendirikan gereja yang baru), ketidakseriusan Gereja “pengasuh” terdahulunya , hingga insiden penutupan gereja pada waktu Natal 2010 kemarin oleh sekelompok preman golongan mayoritas.<br />
<br />
Semula terdapat cukup banyak Jemaat untuk menjadikannya sebagai sebuah Bajem (Bakal Jemaat). Akan tetapi beberapa tahun belakangan ini hanya tersisa sekitar 5 – 7 keluarga saja. Hal ini dikarenakan tidak adanya pembicara / Pendeta pada waktu Kebaktian Umum dan Persekutuan Pemuda – Remajanya. Selama ini pembicara hanya berasal dari panitia Jemaat Bajem Blitar sendiri, sehingga menjadi monoton dan menimbulkan kebosanan bagi Jemaat. Tapi bagaimanapun, masih ditemukan domba – domba yang setia karena kemurahan Tuhan Yesus saja.<br />
<br />
<br />
<b>Kesetiaan Terkait Dengan Prinsip Hidup</b><br />
<br />
“ Apakah ada yang masih ingat ceritanya Sadrakh, Mesakh dan Abednego ? Siapa mereka ? Apa hubungannya dengan Daniel ? Siapa Daniel itu ? “, beberapa pertanyaan awal yang saya lontarkan kepada Joshua, Vonda dan Vino pada waktu itu. Joshua hanya terdiam memandang saya, Vonda terlihat berpikir keras sambil menujukan pandangannya ke langit – langit atap, dan Vino dengan segera menggelengkan kepala sebagai tanda ketidaktahuannya.<br />
<br />
Diantara 6 orang Pemuda – Remaja Bajem Blitar, hanya ada 3 orang saja yang hadir pada persekutan waktu itu. Persekutuan mereka harus dimulai lebih terlambat dari bisanya karena kedatangan kami yang terlambat. Joshua adalah anak remaja yang baru berada di kelas 1 SMP. Vonda adalah siswi kelas 2 SMA dan Vino (kakak Vonda) adalah salah satu mahasiswa di kota Malang. Bervariasi memang, tapi tidak menghalangi kami untuk bersekutu bersama.<br />
<br />
Hananya, Misael, Azarya dan Beltsazar adalah pegawai istana Raja Nebukadnezar. Aspenas, kepala pegawai istana memberikan mereka nama lain, yaitu : Sadrakh (Hananya), Mesakh (Misael), Azarya (Abednego) dan Daniel (Beltsazar) (Daniel 1 : 3 – 7). Mereka dalam Alkitab diceritakan sebagai orang yang setia kepada Allah di tengah lingkungan sekitar yang menyembah allah lain. Kata kuncinya adalah “KESETIAAN”.<br />
<br />
“ Ada yang tahu arti kata prinsip ? ” tanya saya selanjutnya. Pertanyaan ini seperti pedang bermata dua, selain untuk mereka juga untuk diri saya sendiri. Untung saja saya sudah mencari terlebih dahulu arti katanya, pada waktu berada di dalam mobil gereja. Menurut hasil googling dari HP saya waktu itu, kata prinsip berarti aturan umum yang dijadikan sebagai panduan perilaku. Berarti sudah sangat jelas bahwa sebagai anak Tuhan, prinsip hidup kita adalah firman Tuhan. Dan kami semuanya setuju bahwa prinsip hidup yang kami pegang selama ini seperti : kesuksesan, kepintaran, dan prinsip hidup duniawi lainnya, harus kami gantikan dengan firman Tuhan.<br />
<br />
Ya, kesetiaan sangat terkait dengan prinsip hidup yang kita pegang. Begitu juga dengan Daniel dan kawan - kawan yang dapat setia kepada Allah karena mereka mempunyai prinsip untuk tidak menyembah allah lain selain Allah mereka ( Daniel 1:8 ,3:12). Inilah point pertama yang kami pelajari.<br />
<br />
<br />
<b>Kesetiaan Tidak Ditentukan Keadaan</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0IWupw14__3nxEHk95mTl4LGzMuGo90sjfa_dlxi0vdGmVUIjFsGZyJDBOVXQxGlpHIaQ0cgvrz6AowQ1VlL-Etv5PsKme4vq6WFm2tO_fLL7kZmTLwCE5nwFQdl5CyW4P-FeMRq0TnQ/s1600/DSC01560.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0IWupw14__3nxEHk95mTl4LGzMuGo90sjfa_dlxi0vdGmVUIjFsGZyJDBOVXQxGlpHIaQ0cgvrz6AowQ1VlL-Etv5PsKme4vq6WFm2tO_fLL7kZmTLwCE5nwFQdl5CyW4P-FeMRq0TnQ/s320/DSC01560.JPG" /></a></div>Gereja di Jl. Ciliwung (Tempat Persekutuan Doa Pemuda Remaja Bajem Blitar)<br />
<br />
<br />
Saya sempat ragu dan mencari – cari , ketika mobil gereja kami berhenti di depan rumah yang tampak seperti sebuah toko dengan pintu harmonikanya. Saya menjadi bertanya – tanya dalam hati : Sebenarnya kita ada dimana sekarang ? Kenapa mobilnya berhenti disini ? Kok tidak ada atap segitiganya ? Kok tidak ada salibnya ? Kok tidak ada pelang gerejanya ? Kita ada dimana ini ? Mana gerejanya ?......<br />
<br />
“Loh Ton, ayo turun !” kata sopir kami. “Ya ini tempatnya” tambah Pendeta kami. Kami segera turun dan masuk lewat pintu samping. Kehadiran kami disambut hangat oleh Vonda dan Vino yang sudah siap untuk bersekutu bersama kami. Kemudian kami masuk ke dalam ruang ibadah yang cukup bagus. Terdapat salib yang cukup besar ditengah, dengan berlatarbelakangkan cat berwarna merah muda. Selain itu juga ada beberapa kursi gereja yang tertata rapi bersap 3 sebanyak 6 baris, kemudian ada sebuah organ dan peralatan ibadah lainnya.<br />
<br />
Point kedua yang kami pelajari adalah kesetiaan tidak ditentukan oleh keadaan. Dan saya sangat terbantu oleh dialog antara S-M-A dengan raja Nebukadnezar dalam Daniel 3:16-18 waktu menjelaskan, khususnya ayat yang ke-18 : “ tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Sungguh merupakan jawaban yang sangat luar biasa dari S-M-A. Kata “seandainya tidak” sebenarnya ingin mengatakan bahwa apapun kondisi yang mereka alami, mereka akan tetap setia. Mereka sangat mengenal Allahnya, dan memutuskan untuk tetap setia.<br />
<br />
Kemudian saya mengajak mereka untuk membayangkan situasi pada waktu itu, dan sangat pas sekali apabila seandainya mereka dimisalkan satu persatu sebagai S-M-A. Sudah menjadi orang yang minoritas, kemudian harus dihukum bakar di perapian yang menyala – nyala karena punya prinsip hidup yang setia kepada Tuhan. Bahkan nyala apinya dibuat 7 x lebih panas dari biasanya (Daniel 3 :19). Apa kalian masih bisa tetap bertahan untuk setia ? Tangan kena api aja sudah panasnya minta ampun, apalagi dimasukkan ke dalam perapian yang apinya 7x lebih panas. Orang lain mungkin akan mengatakan kalian gila dan bodoh apabila masih tetap mau bertahan.<br />
<br />
Secara tidak langsung dalam share mereka tercermin bahwa mereka telah memutuskan untuk tetap setia, apapun kondisinya. Bahkan kondisi seperti ini telah terdemonstrasikan secara langsung melalui peristiwa pengrusakan gereja mereka, oleh preman – preman berkedok agama dalam acara natal 2010. Saya langsung terdiam dan berkata dalam hati : “Gila bener, saya saja kalah dan tidak ada apa – apanya. Bila dibandingkan dengan mereka. Selalu mencari zona nyaman dalam pelayanan. Dan seandainya diperhadapkan dalam peristiwa yang sama, belum tentu saya akan setia.” .<br />
<br />
Kesetiaan mereka telah terbukti dan tidak ditentukan oleh keadaan. Tidak hanya melalui peristiwa penutupan gereja saja, tetapi juga melalui komitmen mereka untuk hadir dalam persekutuan setiap minggunya. Berdasarkan info yang ada, sudah cukup lama jumlah kehadiran persekutuan mereka hanya 6 orang saja. Mungkin banyak orang yang mengatakan itu tidak mungkin dan mustahil, namun itulah yang terjadi. Mereka setia dan jauh lebih kelihatan mandiri dibandingkan dengan pemuda remaja gereja kami.<br />
<br />
<br />
<b>Kesetiaan Menghasilkan Kesaksian Hidup Tentang Allah</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrz6dpzKO0LYx2lCTPtiKjdEKuRYDdHQS1-HJK9zHBHkEZCfQcZFyvoxrOdZDPhjiV3IbW8we1zns-mAtnxS_zXmTYX6-0qpL7skohxeWzRThUzJSNVvuDoQf5Ai5RJ60w0XYp-euGz_E/s1600/DSC01568.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrz6dpzKO0LYx2lCTPtiKjdEKuRYDdHQS1-HJK9zHBHkEZCfQcZFyvoxrOdZDPhjiV3IbW8we1zns-mAtnxS_zXmTYX6-0qpL7skohxeWzRThUzJSNVvuDoQf5Ai5RJ60w0XYp-euGz_E/s320/DSC01568.JPG" /></a></div>Ruang Kebaktian Umum Bajem Blitar (Hotel Patria Garden)<br />
<br />
<br />
Sambil menikmati pecel khas Blitar yang enak itu dan secangkir teh hangat, kami ngobrol bersama panitia Bajem Blitar dari Sidoarjo. Obrolan tersebut cukup panjang, kira – kira setengah jam kurang. Semula saya sempat heran kenapa semua orang pada duduk - duduk santai dan ngobrol, padahal pkl. 08.00 wib Kebaktian Umum sudah dimulai. Ternyata tempat ibadah dengan lobi tempat kami ngobrol hanya dipisahkan beberapa langkah kaki saja. Cape deh…..<br />
<br />
Pkl. 07.50 wib ruangan ibadah masih sangat sepi dan kami pun harus tetap masuk untuk melihat kondisi yang ada terlebih dahulu. Layaknya sebuah ruang pertemuan di sebuah hotel, ruang ibadah ini cukup nyaman. Walaupun tanpa AC sebagai sirkulasi udaranya, namun ruang ibadah ini sudah cukup nyaman menurut kami. Ya kurang lebih hampir samalah dengan suasana Kebaktian Remaja gereja kami.<br />
<br />
Delapan menit selanjutnya baru terlihat beberapa Jemaat hadir, dan juga para panitia mulai menyiapkan keyboard dan peralatan ibadah seperti biasanya. Saya memutuskan untuk berperan sebagai penerima tamu. Dan saya sangat ingin sekali memberikan senyum terindah saya untuk mentransferkan semangat dan kasih dari Tuhan Yesus kepada Jemaat yang hadir.Senang sekali ketika melihat mereka tersenyum, sebagai balasan atas senyum yang saya berikan. Dan sama sekali tidak terlihat di wajah mereka ekspresi ketakutan dan kekuatiran untuk beribadah. Mereka seperti Jemaat gereja yang bersukacita karena masih ada kesempatan beribadah kepada Tuhan.<br />
<br />
Kebaktian Umum GKI Sidoarjo Bajem Blitar, Minggu, 13 Febuari 2011 mengambil tema “Ketaatan Sejati” dan dilayani oleh Pendeta kami. Kebaktian ini terasa begitu kusyuk dan menggetarkan hati. Baru pertama kali saya menghadiri ibadah yang membuat diri saya merinding. Sangat terasa ungkapan syukur pada setiap pujian yang dinyanyian oleh seluruh Jemaat kepada Tuhan. Hanya diiringi alunan musik sederhana yang lebih mirip musik gregorian itu, kami dapat terbawa suasana.<br />
<br />
Point ketiga yang berkata bahwa kesetiaan menghasilkan kesaksian hidup tentang Allah telah terbukti dalam kehidupan Jemaat Bajem Blitar. Dantampak disana Joshua, Vino dan Vonda yang juga beribadah bersama keluarganya masing – masing dengan penuh rasa syukur. Sama halnya yang terjadi dalam kehidupan raja Nebukadnezar, yang pada akhirnya mengakui “kehebatan” Allah yang disembah oleh Daniel dan S-M-A dalam Daniel 3:28-29, bahkan mereka mendapatkan jabatan yang lebih tinggi daripada sebelumnya.<br />
<br />
<br />
<b>Wisata Kuliner</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8pgTGAbejrYfaFnym-aETJ15SY806olB-b9ELNBAovXmBiftQ2PvGLnolvMXgqZL2arf-xETrbTKjTuHiUe1JY9qAFSDT28BBj_Z-j2JhbVqqqHcOqAJZaOvkHjh5QkKqXw2uz8QMMvM/s1600/DSC01576.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8pgTGAbejrYfaFnym-aETJ15SY806olB-b9ELNBAovXmBiftQ2PvGLnolvMXgqZL2arf-xETrbTKjTuHiUe1JY9qAFSDT28BBj_Z-j2JhbVqqqHcOqAJZaOvkHjh5QkKqXw2uz8QMMvM/s320/DSC01576.JPG" /></a></div>Makam Bung Karno<br />
<br />
<br />
Setelah meninggalkan “cabang Surabaya”, akhirnya kami menuju ke Ayam Bakar Bu Mamik yang agak sedikit jauh dari Alun – Alun kota Blitar untuk makan malam. Semula kami sempat kecewa karena warung pecel bu Bariah yang ada di depan Makam Bung Karno itu tutup. Dan kami harus menahan rasa lapar sejenak sepulang dari persekutuan.<br />
<br />
Malam minggu kami habiskan bersama dalam Alun – Alun Kota Blitar, dan nampaknya ini adalah pusat aktivitas bagi mereka yang masih muda. Tidak ada Mall, tidak ada Bioskop, dan yang ada hanya Mini Market yang cukup banyak , serta Pasar Malam di Alun – Alun tersebut.<br />
<br />
Keesokan harinya kami sempat “ziarah” ke Makam Bung Karno. Tanpa biaya karcis masuk, kami dapat segera menuju lokasi yang tidak terlalu spesial menurut saya. Namun setidaknya saya dapat melihat sebuah realita, bahwa di dalam makam tersebut terdapat jenazah mantan Presiden Indonesia yang sangat dekat dengan rakyatnya. Siapapun dapat sewaktu – waktu datang berziarah untuk mengenang pembesar tersebut. Sangat jarang sekali dijumpai pembesar yang demikian di masa – masa sekarang ini, khusunya di tanah tercinta Indonesia.<br />
<br />
<br />
<br />
Dari kesemuanya ini saya menjadi sadar bahwa ternyata bahan refleksi ini Tuhan tujukan untuk saya sendiri. Kesetiaan dalam pelayanan yang selama ini saya bangga – banggakan, ternyata tidak ada apa – apanya apabila dibandingkan dengan apa yang mereka alami. Dan apabila suatu saat nanti saya harus mengalami kondisi yang sama, saya sangat rindu untuk tetap setia mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya.<br />
<br />
Gereja bukan gedungnya, namun lebih merupakan orang – orang yang ada di dalamnya. Pernyataan ini semakin saya mengerti lewat kemurahan Tuhan atas kehidupan Jemaat Bajem Blitar. Bukan gedung yang membuat mereka dinamakan sebagai sebuah Gereja, namun karena orang – orang setia yang ada di dalamnya. Sama halnya seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang setia kepada Tuhan. Berharap juga ada pemuda-remaja lain yang terbeban atas kondisi mereka untuk kedepannya. Segala Kemuliaan hanya bagi Tuhan saja.<br />
<br />
<br />
<br />
<b>“Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya , setia.” (Ibrani 10 : 21)<i></i></b>Thomas Antonius Kristanto Thiowonohttp://www.blogger.com/profile/02715873967355645195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7295921187164392907.post-20361043560283660152010-08-04T09:30:00.000-07:002011-06-09T22:55:50.384-07:00Sia – Siakah Pelayanan Kita ?<b>Kesia – siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia – siaan belaka, segala sesuatu adalah sia – sia “ ( Pengkhotbah 1 : 2 )"<i></i></b>… yah..kalimat itu terdapat pada salah satu ayat yang saya bacakan bersama jemaat di ibadah pemuda pada minggu kemarin. Sungguh sangat sulit untuk mengekspresikan perikop tersebut. Bagaimana tidak, segala sesuatu nampak sia – sia belaka. Pekerjaan kita, pelayanan kita, atau bahkan hidup kita seakan – akan seperti usaha menjaring angin saja, kata Pengkhotbah.<br />
<br />
Semula saya jadi berpikir, kenapa Si Pengkhotbah mengatakan semuanya itu sia – sia. Lalu untuk apa kita hidup di dunia ini, melakukan ini dan itu. Apakah semuanya itu sia – sia ? Bukankah semua yang kita lakukan ini ada tujuannya, dan dimana letak kesia - siaannya ? <br />
<br />
Semua pertanyaan itu cukup terjawab melalui khotbah yang disampaikan oleh Bapak Pendeta pada waktu itu. Beliau mengatakan dengan cukup jelas bahwa pada dasarnya semua yang kita lakukan itu tidaklah sia – sia, asalkan kita melakukannya tidak untuk diri kita sendiri melainkan untuk Tuhan. Mendengar pernyataan tersebut, saya jadi berefleksi sejenak. Saya jadi melihat kembali pelayanan saya selama ini. Apakah semuanya itu sia – sia ? <br />
<br />
<br />
<b>PIC ( Peace in Christ)</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-IcxYcKHsYG0RzQ4iy_c2I_Te-oPRgtL0Z3OcytYdoWyccc4ICA1H3Ym1liyotaGCIRb9d5PGJpK0Btc9YF1G7WLy54wBeEjPtyVJvDORtuOjAeqwQHZlq4WPW-phl3X4AINDuPvFBtw/s1600/Circle+of+PIC.JPG" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-IcxYcKHsYG0RzQ4iy_c2I_Te-oPRgtL0Z3OcytYdoWyccc4ICA1H3Ym1liyotaGCIRb9d5PGJpK0Btc9YF1G7WLy54wBeEjPtyVJvDORtuOjAeqwQHZlq4WPW-phl3X4AINDuPvFBtw/s320/Circle+of+PIC.JPG" /></a></div><br />
Saya ingat beberapa tahun yang lalu ketika bertugas menjadi MC dalam sebuah Persekutuan Pra Remaja / PIC, saya melakukan sebuah kesalahan yang tidak pernah saya sadari sebelumnya. Seorang rekan pembimbing menegur saya karena mengucapkan kalimat yang salah dalam doa pembuka saya. Saya meminta kepada Tuhan untuk membuat anak – anak pra remaja yang nakal – nakal itu berubah. Menjadi anak Tuhan yang baik dan tau sopan santun di mana mereka berada, saat itu juga. Dan secara tidak langsung semuanya itu tercermin dalam doa saya.<br />
<br />
Memang menjadi sebuah pergumulan khusus ketika harus bertugas memimpin kelompok kecil di hari minggu pada waktu itu. Kami cukup kewalahan mengatur mereka yang tidak pernah diam dan menghargai kakak – kakak pembimbing yang sedang berbicara. Ya, saya adalah salah satu dari ke-5 kakak pembimbing yang cukup frustasi menghadapi mereka. Sempat saya curhat sama Tuhan dalam hati : “ Tuhan kayaknya percuma deh mengajar anak – anak ini. Sudah nakal – nakal, nda bisa dikasih tau, tambah lama tambah kurang ajar saja. Kayaknya nda ada harapan buat mereka berubah..”. Perkataan itu seakan – akan menjadi sebuah kesimpulan pribadi, ketika telah berproses dengan mereka selama 1 bulan tanpa melihat perubahan sikap yang signifikan.<br />
<br />
Namun syukur, Tuhan telah mengingatkan saya akan peristiwa yang cukup mengagetkan pada waktu itu di lapangan badminton dekat gereja. Perbincangan kami berlangsung selama 2 jam lebih. Si anak remaja (anak yang berbeda) menanyakan tentang kepastian kes’lamatannya sesudah meninggal nantinya. Semuanya itu terinspirasi oleh munculnya film 2012 pada waktu itu. Tapi saya yakin saat itu Tuhan ingin mengikutsertakan saya dalam kesekian bagian proses pembentukanNya terhadap si anak remaja. <br />
<br />
Tahukah anda siapa si anak remaja tersebut ? Dia adalah salah satu anak pra remaja bimbingan kami di Ngagel , atau lebih tepatnya kepala suku bagi anak – anak pra remaja yang nakal di PIC angkatan sebelumnya. Dan ketika saya menceritakan semuanya itu kepada beberapa rekan pembimbing PIC , mereka menjadi terkaget - kaget dan sangat bersyukur atas perubahan drastis yang terjadi pada si anak remaja itu. Apakah semunya itu sia – sia ?<br />
<br />
<br />
<b>BERAWAL DARI DOA</b><br />
<br />
(Alm) Silvia. Ya..mungkin beberapa jemaat Ngagel, khususnya rekan – rekan pemuda sempat dilibatkan dalam proses pemulihannya sebelum meninggal. Silvia pada waktu itu adalah penderita tumor otak sebuah Rumah Sakit di Surabaya. Jauh – jauh datang dari Jember hanya untuk berobat dari penyakit yang dideritanya, setelah jatuh karena dijambret beberapa waktu silam. <br />
<br />
Di saat yang tidak terduga, kemudian Silvia bertemu dengan Ibu Pendeta kami. Dan melalui proses yang cukup singkat, akhirnya Silvia mau didoakan dan kemudian minta dibaptis secara kristiani. Walaupun kedua orang tuanya belum percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.<br />
<br />
Singkat kata akhirnya kamipun jadi terlibat dalam pelayanan visitasi ke Rumah Sakit, tempat Silvia dirawat. Entah apa yang telah membuat kami para pemuda ini menjadi begitu tertarik dengan pelayanan doa tersebut. Mungkin dikarenakan kehadiran seorang mahasiswa praktek pada waktu itu, yang senantiasa mengajarkan pentingnya kehidupan doa kepada kami. Kami diajak untuk ikut doa pagi setiap harinya, serta mengadakan persekutuan doa pagi untuk pemuda remaja di hari sabtu.<br />
<br />
Dalam pelayanan visitasi kami, ada beberapa hal baru yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Sembari memberikan kata – kata yang menguatkan, kami juga berusaha mengajarkan sebuah lagu rohani yang cukup mudah untuk diikuti. “Mampirlah Dengar Doaku “, sebuah lagu yang mungkin dianggap remeh oleh beberapa jemaat pada waktu dinyanyikan di gereja. Ketika diajak bersama - sama menyanyikan lagu tersebut, saya melihat sit ante (sebut saja tante Kristin) , ibu dari Silvia juga secara perlahan ikut bernyanyi bersama kami. Saya merasakan ada kuasa dalam pujian tersebut, dan kamipun larut di dalamnya.<br />
<br />
Ada waktunya bersuka dan ada waktunya berduka. Beberapa minggu setelah visitasi kami yang pertama, terdengar kabar gembira akan keberhasilan operasi Silvia. Saya bersama rekan pemuda lainnya menjadi sangat bersyukur, karena Tuhan telah mendengarkan doa kami. <br />
<br />
Namun ternyata Tuhan punya rencana yang lain. Beberapa saat setelah keberhasilan operasi tersebut, terdengar kabar yang tak kalah mengejutkannya. Silvia, pemudi yang berusia 20 tahunan itu meninggal dunia di pagi hari. SMS pertama yang saya terima membuat saya kaget dan spontan bertanya kepada Tuhan : “Kenapa ?” Bukankah dia telah memutuskan percaya dan mau mengikut Engkau, Tuhan ? “ Secara tidak sadar saya telah mempertanyakan keadilan Tuhan atas hidup ciptaanNya, sebagai wujud kekecewaan saya pada waktu itu. Semuanya itu seakan- akan membuat pelayanan doa kami sia – sia belaka. Akan tetapi melalui peristiwa tersebut, justru saya menjadi sadar bahwa Tuhan itu baik. Karena kebaikkanNya itu saya masih diberi kesempatan hidup di dunia ini.<br />
<br />
2 minggu setelah proses kremasi (Alm) Silvia, saya mendapatkan sms ayat dari seseorang yang ternyata adalah ibu dari (Alm) Silvia sendiri. Di tengah kesepiannya itu, tante Kristin mulai memikirkan tentang Tuhan. Tante kristin bercerita via sms, kalau beliau sangat terharu dan terhibur akan kehadiran kami dan beberapa jemaat pada waktu itu di kamar jenazah Rumah Sakit. Beliau sangat terkesan akan kepeduliaan anak – anak Tuhan mulai dari pembiayaan operasi hingga pada waktu proses kremasi (Alm) Silvia berlangsung. Bahkan ada beberapa jemaat yang masih sering memberikan perhatian setelah beliau kembali ke Jember. Dan taukah kawan, bahwa sekarang tante Kristin sudah mulai mau pergi beribadah ke gereja setiap minggunya. Dan berniat mengikuti pelayanan di sana. Apakah semuanya itu sia – sia ?<br />
<br />
Sempat beberapa kali saya merasa jenuh dalam pelayanan. Semuanya terasa datar, tanpa hasil yang jelas dalam jangka waktu yang dekat. Dan kemudian mulai undur dan bertanya kepada Tuhan : “Apa yang salah dengan pelayanan saya ?”<br />
<br />
Namun syukur kepada Tuhan, karena Dia telah menunjukkan banyak hal kepada saya inti sebuah pelayanan yang sejati. Bukan hasil tetapi proses, karena hasil lebih merupakan karya dari Roh Kudus. Terkadang kita menabur benih sekarang dan baru akan memanennya beberapa tahun mendatang. Atau bahkan yang akan memanen hasil tuain kita adalah orang lain. Siapa yang dapat mengetahuinya ?<br />
<br />
Ada yang menabur, ada yang menggarap dan ada yang memanennya. Dimanakah peranan kita? Biarlah Tuhan yang menentukan. Yang pasti dimana peranan kita berada, di situ kita harus memberikan yang terbaik. Karena apapun yang kita lakukan untuk Tuhan, pastilah tidak akan sia – sia. Semuanya dipakai Tuhan hanya untuk 1 tujuan, yaitu memuliakan namaNya! Semangat bagi yang mulai jenuh dengan pelayanannya ……..(niuz)<br />
<br />
<br />
<b>Karena itu, saudara – saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan ! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia – sia.<br />
<br />
(1 Korintus 15 : 58)</b>Thomas Antonius Kristanto Thiowonohttp://www.blogger.com/profile/02715873967355645195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7295921187164392907.post-17233088545067593402010-05-27T19:27:00.000-07:002011-06-09T03:44:12.016-07:00(EKA) Eling Kereta Api<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoCzTFTg63_BhtPCCoKQOkJAGM_zQCMFI848XpA8EcSAUxt1arz_mhkXYGRlfC9IG3FqdWX5i4BwyiLsfrX3BJYnUUmx5JREFrjiGde9PTmmIsu-YCq6jBNOYjVnrz7K10TgatjYlcnDs/s1600/Kecelkaan+Bus.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="225" width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoCzTFTg63_BhtPCCoKQOkJAGM_zQCMFI848XpA8EcSAUxt1arz_mhkXYGRlfC9IG3FqdWX5i4BwyiLsfrX3BJYnUUmx5JREFrjiGde9PTmmIsu-YCq6jBNOYjVnrz7K10TgatjYlcnDs/s400/Kecelkaan+Bus.jpg" /></a></div><br />
Ada yang pernah tau kepanjangan dari EKA, sebuah nama bus patas jurusan Surabaya – Jogjakarta - Magelang ? Saya baru tahu jawabannya dari seorang bapak pendamping, sebut saja “bapak”. Si Bapak begitu semangatnya menceritakan banyak hal yang diketahuinya kepada saya. Dan tanpa diminta untuk menjelaskan, tiba – tiba si Bapak bertanya kepada saya : “ Kamu tau nda kenapa bis ini namanya EKA? Saya dulu mengira kalo itu nama si pemilik, tapi ternyata bukan lo” Dalam hati saya berkata :” Ow..penting ya pak untuk saya tau? hehehe” . Si Bapak kembali menjelaskan : “EKA itu kepanjangannya Eling Kereta Api ( ingat kereta api). Karena dulu sempat ada kecelakaan antara bus dan kereta api. Dan bus itu milik si pemilik bus EKA ini. Hm..unik juga ya <br />
<br />
<br />
<b>(#_#") ---- Hampir 4 jam</b><br />
<br />
Hal yang paling menyenangkan ketika saya memutuskan untuk naik bus berdua dengan si Bapak. Waktu itu terdapat mobil yang hanya berkapasitas 7 orang dengan jumlah peserta sekitar 9 orang. Alhasil saya dan si bapaklah yang harus mengalah untuk naik bus patas. <br />
<br />
Saya sengaja memilih berdua dengan si bapak karena saya pingin menanyakan banyak hal tentang kebingungan saya mengenai panggilan Tuhan. Lebih tepatnya dalam sebuah proses konfirmasi dengan Sang empunya visi dan misi dalam hidup saya selama di dunia ini. <br />
<br />
Berawal dari pertanyaan seputar pembinaan calon kader hingga akhirnya pertanyaan yang mendasar tentang keberagaman corak pelayan & HT di GKI Jatim.. Ya..saya diperkenalkan dengan 4 istilah yaitu : Fundamentalis – Evangelical – Eukominis – Liberalis (semoga tulisannya benar..hehehe…maklum orang awam yang baru belajar..heheh). Setiap pelayan maupun HT di GKI Jatim diharapkan memiliki corak yang seimbang antara evangelical dan eukominis. Hal ini untuk menghindari warna yang ekstrem dari golongan fundamentalis dan liberalis . <br />
<br />
Mereka yang begitu menyukai kedisplinan / ketaatan hidup dalam pelayanannya, harus bisa menjadi pribadi yang dapat mengaplikasikan firman Tuhan dalam kehidupan jemaat sehari - hari. Sehingga firman Tuhan itu tidak hanya menjadi sebuah perintah yang begitu sulit untuk dijalankan. Seakan – akan Allah itu jauh, padahal Dia dekat dan diam di dalam hati kita. <br />
<br />
Begitu juga dengan mereka yang lebih cakap dalam mengaplikasikan firman Tuhan dalam kehidupan jemaat. Mereka harus menyadari akan pentingnya menjaga hidup yang disiplin dan teratur. Keteraturan hidup dan ketaatan akan berdampak pada kesadaran bahwa adanya batasan - batasan tertentu yang menjadi misteri Allah, yang tidak mungkin dijangkau oleh pikiran manusia. Sehingga tidak bermunculan pandangan – pandangan yang mempertanyakan kemahakuasaan Tuhan. <br />
<br />
Ya, seorang pelayan Tuhan yang “taat” harus mau belajar menjadi seorang pelayan Tuhan yang “kontekstual” dalam kehidupan jemaat masa kini, begitu juga sebaliknya. Dan semuanya itu kami bahas hampir 4 jam. Sehingga kami harus merelakan waktu tidur kami untuk pembicaraan tersebut. Si Bapak memberikan gambaran penting mengenai pelayan Tuhan yang mau di bentuk oleh Sang empunya kehidupan, tanpa membawa atribut almamater dari masing – masing sekolah. Karena masing – masing punya kelemahan dan kelebihan. Itulah keberagaman yang ada di antara kita. <br />
<br />
<br />
<b>(^ ^) V ---- Sehari Mengenal UKDW</b><br />
<br />
Pertanyaan penting yang dipertanyakan oleh seorang rekan mahasiswa Teologi UKDW dalam sesi saling mengenal adalah : “Apa yang ada di pikiranmu ketika mendengar kata “Teologi” ?” Ada yang menjawab panggilan, belajar bahasa, tentang Allah, Alkitab, pengorbanan. Dst. Panggilan , itu adalah jawaban saya sebagai orang pertama yang mendapat kesempatan untuk menjawab. Ya, panggilan, itu yang terus saya gumulkan saat ini. Sehingga kata itulah yang terbersit ketika kami ditanya mengenai hal tersebut. <br />
<br />
Di sana saya berjumpa dengan banyak orang dengan latar belakang gereja yang cukup beragam. Dan saya yakin mereka semua sudah cukup mantap untuk menentukan langkah hidup mereka beberapa waktu ke depan. Bahkan ada yang sudah diterima menjadi mahasiswa di sana. <br />
<br />
Kami diajak untuk keliling kampus. Dan terlihat perbedaan yang cukup mencolok anatara pelajar – pelajar non Teologi dengan mereka yang kuliah Teologi. Ada semangat Kasih, dan beberapa diantara mereka memancarkan kasih Kristus melalui wajah ramah penuh senyuman. Kasih Kristus nampak dalam setiap karya pelayanan mahasiswa yang dipresentasikan ketika proses keliling kampus UKDW berlangsung. <br />
<br />
<br />
<b>(@_@) ---- Kontekstual</b><br />
<br />
Dalam sesi terakhir kami diperkenalkan secara singkat mengenai bahasa Ibrani dan sebuah pembelajaran Teologi kontekstual. Kontekstual lebih merupakan situasi saat ini. Bagaimana caranya untuk mewujudnyatakan firman Allah dalam kondisi manusia / jemaat masa kini. <br />
<br />
Hal yang tidak konteksual tercermin dalam sebuah contoh dosen pada waktu itu. Bagaimana bisa seorang Kristen Indonesia menyanyikan lagu White Christmas pada waktu natal ? Hingga saat ini tidak pernah adanya peristiwa hujan salju di Indonesia. Hal ini kontras dengan lirik dalam lagu tersebut yang seringkali dinyanyikan dengan penuh penghayatan oleh seorang jemaat kristen:” I’am dreaming on the White Christmas…..” bagaimana seseorang bisa memimpikan natal yang bersalju apabila tidak mengalaminya secara langsung. Hal tersebut sangat tidak kontekstual sekali. <br />
<br />
Kontekstual bukan berarti fleksibel dan bisa kompromi dengan gaya hidup manusia yang sudah berdosa, tetapi lebih merupakan penyesuian dengan kondisi jemaat pada saat ini. Kontekstual dapat membantu seorang jemaat untuk bisa lebih mencintai aktivitas – aktivitas seperti Pemahaman Alkitab, Persekutuan Pemuda yang selama ini dipandang berat, terlalu idealis dan sulit untuk diaplikasikan. Tidak ada yang dapat membatasi transformasi firman Tuhan dalam hidup setiap orang percaya. <br />
<br />
<br />
<b>\ (^^) / ---- Pulang</b><br />
<br />
Setelah sempat berkunjung ke rumah sepupu yang hendak menikah dalam waktu dekat ini, akhirnya saya harus kembali ke UKDW untuk pulang bersama rekan – rekan calon mahasiswa UKDW. Sekali lagi saya harus naik bus patas EKA bersama si Bapak. <br />
<br />
Dari semua perjalanan ini saya menjadi bersyukur karena masih adanya keberagaman dalam Kristus yang ada diantara kami. Dan keharmonisan diantara keduanya itulah yang dapat membuat kasih Kristus dapat diwujudnyatakan secara sempurna dalam kehidupan jemaat masa kini. Semuanya itu ada karena Dia ingin memperlengkapi umatnya. Setidaknya saya bisa menemukan dengan cara bagaimana saya ingin dibentuk nantinya Thx God.Thomas Antonius Kristanto Thiowonohttp://www.blogger.com/profile/02715873967355645195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7295921187164392907.post-22976184817478995692010-05-13T16:34:00.000-07:002011-06-09T04:14:34.918-07:00Dimanakah Orang Kristen Jaman Sekarang ?Sekali lagi, hanya kar’na kasih karunia Tuhan saja saya diberi kesempatan untuk melihat hal- hal yang luar biasa dari karya Roh kudus beberapa hari yang lalu. Bukan sebuah “pesta” bahasa Roh ataupun kesembuhan Ilahi yang begitu nge-trend saat ini, tapi lebih merupakan realita sosial yang terjadi dan sungguh nyata ada diantara kita pada masa kini. Ya…saya hanya tergerak untuk menuliskan apa yang saya rasakan dan pikirkan pada waktu itu, dan saya meyakini bahwa Roh Kuduslah yang telah menggerakkan diri saya untuk menshare-kan semuanya ini.<br />
<br />
<br />
Pundi – Pundi Paska<br />
<br />
Semuanya berawal dari pundi – pundi Paska yang dikumpulkan oleh jemaat GKI Ngagel pada masa pra-Paska bulan yang lalu. Benar – benar tidak terduga, ada sekitar 40 juta dana yang telah terkumpul pada waktu itu. Dan semuanya memang akan digunakan untuk pembiayaan pendidikan bagi siswa – siswi yang kurang mampu secara ekonomi.<br />
<br />
Seminggu setelah selesai dilakukannya perhitungan hasil pundi – pundi Paska, maka ketua panitia pada waktu itu telah membagi kami ke dalam kelompok – kelompok. Masing – masing kelompok mempunyai misi untuk menyalurkan dana yang telah terkumpul ke beberapa sekolah – sekolah, berdasarkan hasil survey komisi aksos. Saya harus membayarkan SPP dan tunggakan beberapa siswa dari sebuah SMK dan 2 sekolah TK di area ngagel.<br />
<br />
<br />
SMK MAHARDIKA - BARATAJAYA<br />
<br />
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, saya telah masuk ke dalam sebuah sekolah swasta dengan fasilitas yang kurang memadai dan tidak terawat menurut saya. Memang sih saya membandingkannya dengan gedung sekolah SMA saya terdahulu di Santa Maria yang cukup elite itu.<br />
<br />
Di ruang guru yang saya tuju terdapat 4 orang guru yang relatif masih muda. Mereka cukup kaget dengan kehadiran saya. Apalagi saya (maaf) berkulit putih, dan rasanya jarang sekali ada siswa atau pegawai yang berkulit putih seperti saya di sana . Pertanyaan pertama yang saya terima adalah : “Ada perlu apa dek ? Mau yang ke SMA ato SMK ??”….” Nah lo….SMA ato SMK ya ? “ pikir saya dalam hati….” Bentar bu saya lihatkan dulu “ jawab saya dengan segera. Setelah mengetahui bahwa yang saya tuju adalah SMK maka saya segera menuju ke bagian kasir SMK di sana. Jujur saya sangat grogi. Saya membayangkan diri saya sebagai wali murid yang ingin membayar SPP anaknya.<br />
<br />
Karena saya grogi dan bingung dengan apa yang mesti saya lakukan, maka saya langsung saja kasih rincian biaya dari lembaran yang diberikan oleh ketua panitia kepada saya. Dan ternyata dari ke-4 siswa yang harus saya bayarkan SPPnya, ada beberapa yang memiliki tunggakan yang cukup banyak. Ada yang 7 bulan hingga 3 bulan, dan semuanya itu belum bisa mereka lunasi karena tidak ada biaya lagi dari orang tua mereka.<br />
<br />
Setelah keluar dari ruang kasir, sejenak saya berpikir kenapa orang Kristen bisa mengalami hal seperti ini ya? Padahal Tuhan kita kan hebat dan berkuasa, dan pasti sangat bisa bagi Dia untuk membuat semua tunggakan mereka itu lunas dalam sekejap. Tapi kenapa semuanya itu tidak terjadi ? … Dan akhirnya sayapun pergi meninggalkan sekolah tersebut dengan hati yang bertanya – tanya kepada Tuhan : “Tuhan Engkau ada di mana ?”<br />
<br />
<br />
TK PERWARKA - KALIBOKOR<br />
<br />
Waktu itu pkl. 11.00 siang setelah saya selesai keluar dari SMK Mahardika, kemudian saya merencanakan menuju ke sekolah selanjutnya, yaitu TK Perwarka. Berhubung Tk tersebut tidak dapat dihubungi, maka saya memutuskan untuk langsung saja menuju lokasi. Dengan keterbatasan pengetahuan jalan, maka saya harus mengitari area Pucang – Ngagel sebanyak 3 x. Hingga akhirnya saya mau tidak mau harus bertanya kepada satpam gereja dan beberapa rekan koster yang ada pada waktu itu. Ternyata TK tersebut berada di lokasi yang cukup dalam, masuk ke area perkampungan kalibokor. Benar – benar area yang sangat saya hindari selama ini, karena ketakutan akan masalah keamanan di sana.<br />
<br />
Dengan kegelisahan hati yang ingin segera menyelesaikan tugas, maka saya memutuskan tetap masuk dalam perkampungan tersebut. Setelah sampai di sana saya cukup kaget melihat apa yang ada di sana. Yang tampak adalah balai RW dengan beberapa orang ibu – ibu berjilbab yang memakai seragam berwarna biru. “Mati kon !!” ujar saya dalam hati. “Tuhan ini saya ada di sini untuk aksos ato penginjilan sih? Kok banyak orang non Kristennya di sini ?” doa kilat pribadi yang terucap pada waktu itu.<br />
<br />
Sempat ada keraguan untuk masuk dan ingin segera pulang. Tapi ternyata pada waktu itu saya melihat seorang Suster katolik yang sedang berbincang – bincang dengan beberapa rekan guru di sana. Dalam hati saya mengatakan : “Ah, masak kalah ama suster ini ? Saya kan juga orang Kristen. Kalo suster itu bisa, kenapa saya tidak ?”. Dan akhirnya saya memberanikan diri untuk masuk.<br />
<br />
Bak artis korea yang masuk ke gedung pertunjukan melalui karpet merah, segera saya menjadi pusat perhatian disana. Kalo boleh punya imajinasi nakal, mungkin para guru disana berkata dalam hati mereka : “ Ngapain tuh si sinyo datang ke sini ? Nda salah tempat tah sinyo iki ? “ …Yah, dengan sedikit keberanian saya memasakan diri untuk masuk dengan memberi senyuman kepada setiap wajah yang melihat saya.<br />
<br />
Setelah bertemu dengan Kepsek (Kepala Sekolah) TK tersebut saya malah dicurhati dengan pergumulan hidupnya. Sang Kepsek mulai membuka buku kas sekolahnya dan menunjukkan tunggakan – tunggakan dari para siswa yang ada disana. Sang Kepsek pun mengeluhkan mengenai gaji yang diperolehnya tiap bulan bersama beberapa rekan guru. Beliau hanya mendapatkan gaji Rp. 200.000,00 / bulan dan ada beberapa guru yang hanya mendapatkan gaji sekitar Rp. 50.000,00 / bulan. “ Gila book, sebesar uang pulsa saya tiap bulan ? Gimana mereka bisa hidup ya ?” pikir saya sejenak. “ Masih untung ko untuk beberapa bulan ini kami bisa gajian. Kebanyakan kami tidak bisa gajian karena masih banyak siswa yang nunggak SPP nya .” ujar sang Kepsek lagi kepada saya. <br />
<br />
Melihat dan mendengar semuanya itu saya hanya bisa terdiam sebagai orang Kristen yang cukup aktif di gereja , namun tidak pernah ada karya bagi orang di luaran sana. Sungguh saya hanya bisa mendengarkan dan bergumul secara pribadi : “ Tuhan , saya harus bagaimana ? saya tidak punya uang banyak untuk bantu mereka. Bahkan keluarga saya sendiri cukup kekurangan.” Dengan pergumulan itu saya segera menyelesaikan tugas saya di sana dan segera pulang. Menyimpan segala perkara di dalam hati untuk dipikirkan seperti Maria ibu Yesus.<br />
<br />
<br />
TK NAZARETH – PUCANG<br />
<br />
Esok harinya saya memutuskan untuk terlambat masuk kantor beberapa menit karena harus menyelesaikan tugas pelayanan yang masih tersisa . Lokasinya tidak terlalu sulit untuk dicari karena berada tepat di depan pasar pucang.<br />
<br />
Semula saya cukup yakin untuk masuk ke dalam TK tersebut , karena sudah sangat jelas terlihat aktivitas anak – anak kecil di sana. Namun entah kenapa semakin melangkah maju saya semakin ragu. Saya tak kunjung menemukan ruang guru ataupun ruang khusus untuk Kepsek atau administrasi. Yang ada hanya beberapa ruang kelas dan dapur di sana. Hanya terdapat 3 orang (maaf) pembantu yang sedang asyik ngobrol tanpa memperdulikan kehadiran saya. Karena dikejar oleh waktu maka sayapun memberanikan diri untuk bertanya kepada 3 orang pembantu tersebut. Dan segeralah saya diketemukan dengan sang Kepsek .<br />
<br />
Saya kaget karena kami harus berbicara di ruang kelas tempat sang kepsek mengajar. Di kelas tersebut terdapat sekitar 12 orang siswa dari berbagai macam ras. Dengan penuh semangat Kepsek tersebut menjelaskan kepada saya kondisi yang ada. “ Haduh….Lagi – lagi saya ditunjukkan buku kas mereka dan diperhadapkan dengan tunggakan – tunggakan dari para siswa “ ujar saya dalam hati dengan agak kesal. Ada yang 2 tahun, ada yang 1 tahun menunggak. Dan beberapa diantara mereka orang tuanya sudah tidak biasa melunasi lagi.<br />
<br />
“ Hm, kenapa ya banyak sekali siswa yang masih menunggak ? Kemana semua sih lembaga – lembaga bantuan pendidikan, orang – orang kristen bahkan gereja - gereja yang katanya banyak melakukan aksi sosial itu ? Kenapa masih banyak kasus – kasus tunggakan pendidikan seperti ini ? “ keluh saya sekali lagi sambil mencari kambing hitam. Saya hampir menyalahkan Tuhan yang seakan – akan tidak mau peduli dengan permasalahan seperti itu. Padahal bukan Tuhan yang salah , namun sesama manusianya yang tidak mau peduli sama sekali.<br />
<br />
<br />
CARA HIDUP ORANG – ORANG PERCAYA<br />
<br />
Melihat semua realita yang ada dalam perjalanan ke ketiga sekolah itu, maka saya jadi bertanya – tanya akan beberapa hal di dalam hati . “ Dimanakah orang Kristen jaman sekarang? Siapakah orang Kristen itu yang sebenarnya? Bagaimana mereka bisa diam begitu saja , melihat saudara seimannya dalam kesusahan dan penderitaan ? Orang Kristen macam apa yang begitu tega, mengatasnamakan gerejanya sendiri ketika memberi bantuan, dengan tujuan agar gerejanya didatangi oleh banyak jemaat, dan bukan Kristus yang dimuliakan atas pelayanan mereka ?” <br />
<br />
Berpikir sejenak, merenungkan dalam hati pertanyaan – pertanyaan itu. Dan saya menjadi sadar bahwa pertanyaan – pertanyaan itu sebenarnya ditujukan Tuhan kepada saya. Saya menjadi sadar bahwa saya selama ini adalah orang Kristen yang hanya berani berkarya di kandang sendiri. Saya adalah seorang Kristen jaman sekarang yang sudah mulai kehilangan kepedulian kepada sesama saya di luaran sana. Ya, saya hanya jago kandang saja !<br />
<br />
Saya sangat menyesalkan kalau ada beberapa gereja yang memberi bantuan kepada sesamanya hanya karena ingin menambah jumlah jemaat bagi gerejanya. Mereka yang mendapatkan bantuan di paksa untuk aktif dalam kegiatan gereja yang bersangkutan. Bagaimana bisa, rasa syukur atas kasih karunia Tuhan dijadikan sebagai sarana untuk “marketing” sebuah gereja ? Bukankah yang terpenting Tuhan Yesus-nya yang diberitakan , bukan gerejanya ? Gereja maupun umatnya hanya sebagai saluran berkatNya saja. Dan kita, manusia diciptakan bukan untuk mencari kemuliaan sendiri, namun lebih dikarenakan untuk memuliakan Tuhan. <br />
<br />
Sejak saat itulah saya mulai belajar membiasakan diri untuk peka terhadap apa yang terjadi di luaran sana. Mungkin semuanya itu bisa dimulai dari keluarga, lingkungan gereja, hingga sesama yang ada di luaran sana. Dan ijinkan saya mengutip firman Tuhan dari Kisah Para Rasul 2 : 44 – 47 (BIS)<br />
<br />
(44) Orang – orang percaya itu semuanya terus bersatu dan apa yang mereka punyai, mereka pakai bersama – sama. (45) Mereka menjual barang – barang dan harta milik mereka, lalu membagi – bagikan uangnya di antara mereka semuanya menurut keperluan masing – masing.(46) Setiap hari mereka terus berkumpul di Rumah Tuhan; serta makan bersama – sama dengan gembira dan rendah hati di rumah – rumah mereka (47) Mereka terus memuji – muji Allah dan disenangi oleh semua orang. Setiap hari jumlah mereka terus bertambah karena Tuhan memberikan kepada mereka orang – orang yang sedang diselamatkan. <br />
<br />
Siapakah orang Kristen itu ? Ya, saya dan anda… Dan dimanakah kita sekarang berada sebagai orang Kristen , ketika melihat banyak saudara seiman kita yang masih dalam penderitaan dan kekurangan ? ...<br />
<br />
akhir kata saya ingin berkata : "Terima kasih Tuhan atas pelajaran yang Kau berikan kepadaku pada waktu itu. Setidaknya engkau dapat memakai aku dan gerejaku lebih dulu untuk benar - benar menjadi saluran berkat bagi sesamaku yang berkekurangan :) " Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan (^^) GB allThomas Antonius Kristanto Thiowonohttp://www.blogger.com/profile/02715873967355645195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7295921187164392907.post-92071771587089957302009-11-27T13:11:00.000-08:002011-06-09T22:31:03.580-07:00Ada Kes’lamatan di Lapangan Badminton<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROrPd7kPwMjJM6MoxQ7JdxFbxCArt-Aq3Espo_Uk42er7TJeiZdljs7CUJOHcmqoK88d0xaeRKgOO5YIlGHkXw9y5RqVpW-imw9HDwsqrgw5yVaglKEEVb3XshnoKHeBgHwOdi_ffGIY/s1600/Badminton.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROrPd7kPwMjJM6MoxQ7JdxFbxCArt-Aq3Espo_Uk42er7TJeiZdljs7CUJOHcmqoK88d0xaeRKgOO5YIlGHkXw9y5RqVpW-imw9HDwsqrgw5yVaglKEEVb3XshnoKHeBgHwOdi_ffGIY/s320/Badminton.jpg" /></a></div><br />
<br />
<b>( #.# ) Hari Minggu Yang Aneh</b><br />
<br />
Sungguh adalah hari minggu yang aneh waktu itu….ya…hari minggu yang aneh!! Bagaimana tidak, di sebuah lapangan badminton kami malah berbicara tentang keselamatan. Tentu saja kes’lamatan yang datangnya dari Yesus Kristus , Juruselamat kami. <br />
<br />
Waktu itu yang ada dalam pikiran saya adalah bagaimana membuat perut ini mengecil dalam waktu seminggu. Entah sebuah kesengajaan atau malah keterpaksaan, saya harus menyesuaikan bentuk tubuh ini dengan ukuran body fit dari jas yang saya sewa untuk resepsi pernikahan saudara. Lumayan menyiksa memang.<br />
<br />
Salah satu jalan untuk menyelamatkan misi dan impian saya itu, ya cuma dengan berolahraga. Dengan sedikit push-up, sit-up…dan beberapa jam badminton sudah cukup merapikan tumpukan lemak yang menetap berbulan – bulan di perut saya….” Hm..lagi – lagi mesti olahraga…..”<br />
<br />
<br />
<b>( ^^ ) Badminton Time !!!</b><br />
<br />
Entah kenapa akhir – akhir ini saya sangat suka bermain badminton…Namun waktu itu perasaan yang saya rasakan berbeda. Males, boring, ngantuk, dan pegel- pegel….. ” Ya Tuhan , aku tak pulang ae ya... Yang datang cuma 5 orang termasuk saya. Capek deh..!”..pikiran itu muncul sesaat saya membuka pintu lapangan dan melonggokkan kepala untuk melihat apa yang terjadi di dalam. ”Yah …Cuma 5 orang ??? “, tegas saya sekali lagi dalam pikiran ini. <br />
<br />
Namun sekali lagi saya teringat misi besar selama semiggu ini. ” Olahraga !…Ya aku mesti olahraga…!…Hehheheh….Ok ! let’s do it bro…”. Pemanasan dimulai. Mulai dari kaki, tangan, kepala, pinggul, lutut semuanya digerakkan untuk melemaskan otot secara maksimal. Dan kemudian permainan dimulai.<br />
<br />
<br />
<b>( 0.0 ) Tumben Kok Dateng</b><br />
<br />
Sesaat setelah beberapa jam kehadiran saya, kami dikagetkan dengan kehadiran seorang rekan yang sudah lama tidak pernah datang. Sebut saja namanya Roi. “ Oi Roi , wah….kemana ae rek …”, sahutku dengan nada setengah tinggi. ” Yo…” jawabnya sambil berjalan masuk.<br />
<br />
“ Kak ayo tampel – tampelan …”, teriaknya di sisi seberang sana. “ Wuik, mati kon…maen ama kamu ?? Single ??? . Sik..sik bentar….nda level ytow…wewew “, pikir saya dalam hati. “Bagaimana seorang Anton yang biasa maen di kampung, mesti melawan seorang Roi yang berlatih badminton tiap harinya ?? nda..nda…nda banget deh …”, pikir saya kembali sejenak. “Woi kak…ayo!....Kok diem ae “, teriaknya sekali lagi…” Iyow…ayo wes…”, balas saya. <br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Fs-UxPk9ZgJO9mqp4P7HSG9Yu5tDwC_P8MJs4r8TolhrSIylTuBgm6P8gjIBBJ56C49Pm-wzY6aLh_YZ6jHIbRR-8cvBHz5uVke3xWVvHF0L7UHudp7qJ7Q6-N57oJRqmFsL5uDIIKw/s1600/2012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Fs-UxPk9ZgJO9mqp4P7HSG9Yu5tDwC_P8MJs4r8TolhrSIylTuBgm6P8gjIBBJ56C49Pm-wzY6aLh_YZ6jHIbRR-8cvBHz5uVke3xWVvHF0L7UHudp7qJ7Q6-N57oJRqmFsL5uDIIKw/s320/2012.jpg" /></a></div><br />
<b>( * .* ) 2012</b><br />
<br />
Setelah sekian menit berlangsung, tiba – tiba Roi mematikan shuttlecock ke lantai. Ia maju beberapa langkah hingga di depan net dan berkata : “ Ssst..sst..kak…sinio..”. “Apa?..” , tanya saya sambil ikut maju ke depan net. “ Tau tow 2012 ?”, tanyanya. “ Waduh…opo iku ?”, tanya saya kembali dengan muka polos. <br />
<br />
“ Halah 2012..2012, itu lo kak sing tentang kiamat….”, jawabnya sambil berbisik. Saya menjadi terdiam sejenak untuk mereka – reka film apa itu. “ Ow ..trus opo’o Roi ? “, tanya saya kembali.. “ Aku wedi kak…kalo beneren kiamat piye?? Aku belum siap. Mari liat korban di Padang ma iklan 2012, kok kayake wes tanda – tanda yow kak..Aku selamet nda yow…?” <br />
<br />
J-E-D-I-E-R…petir serasa menyambar saya. Pertanyaan yang sulit bagi seorang pemuda awam seperti saya, yang juga baru saja mendengar tentang akhir zaman dalam kelas PA beberapa bulan lalu. Nafas saya sempat berhenti beberapa detik. Pikiran mendadak jadi kosong dan bingung mesti menjelaskan apa.<br />
<br />
“ Kak beneran ta 2012 ntar akan kiamat ?”, tanyanya kembali. “ Sapa yang bilang ? Btw yang pasti Tuhan Yesus itu akan datang untuk ke-2 kalinya untuk menghakimi manusia. Tapi nda ada satu orang pun yang tau kapan Dia akan datang . Lagian bencana semacam itu hanya sebagai pertanda awal akan terjadinya akhir zaman. Nah trus masalah selamet ato nda itu tergantung kamu Roi. Kalu kamu sudah menaruh iman percayamu kepada Sang Juruselamat, yow pasti selamet lah. Tapi semuanya itu kembali kepada otoritas Tuhan, untuk menentukan siapa saja yang akan diselamatkan“. <br />
<br />
Hm..cukup bijak memang, namun tetap saja itu adalah sebuah penjelasan standart seorang pembina kaum muda di beberapa gereja. Namun setidaknya bisa membantunya untuk memikirkan hal yang sama, bahwa tidak ada satupun yang tahu akan kedatanganNya untuk yang kedua kali. Dan kes’lamatan datangnya hanya dari Tuhan Yesus Kristus.<br />
<br />
<br />
<b>(@.@) Terima Kasih Tuhan</b><br />
<br />
Pembicaraan tersebut kami lanjutkan di bangku belakang. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat sambil kami mentransfer beberapa lagu rohani via Bluetooth ke handphonenya. Sungguh hari minggu yang aneh !<br />
<br />
Dan saya menjadi berefleksi bahwa, memang benar kalo Tuhan itu tidak hanya dapat kita temui di gereja pada waktu ibadah ataupun persekutuan. Tidak hanya dapat kita temui di rumah doa yang begitu tenang dan khusyuk ketika kita bersimpuh. Namun Dia ada di mana – mana, bahkan di lapangan badminton pada waktu itu Dia juga hadir. Dia selalu ada untuk saya, "Roi" dan anda. “Ya ..ada kes’lamatan bagi kami, di lapangan badminton pada waktu itu. Thx God “Thomas Antonius Kristanto Thiowonohttp://www.blogger.com/profile/02715873967355645195noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7295921187164392907.post-30612873358332796902009-03-23T13:32:00.001-07:002011-06-09T22:51:58.819-07:00Akankah Punah ?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1BheSz3sNq1NQYa31OoTG219asDGd5PQpY3WZod6dtKi8v1iFRopfWI0L6SlUDqrrk9J4S1cnOx_ht2yRKLR_-gD9oW8GyaLW3A1AEe7W_0ok13UStrjpy9qF7hDwpnYf_kW6o9IVVN4/s1600/jerapah+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="180" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1BheSz3sNq1NQYa31OoTG219asDGd5PQpY3WZod6dtKi8v1iFRopfWI0L6SlUDqrrk9J4S1cnOx_ht2yRKLR_-gD9oW8GyaLW3A1AEe7W_0ok13UStrjpy9qF7hDwpnYf_kW6o9IVVN4/s320/jerapah+2.jpg" /></a></div><br />
<b>Jerapah Leher Pendek, Jerapah Leher Panjang</b><br />
<br />
Masih ingatkah anda dengan cerita jerapah yang diajarkan dalam mata pelajaran Biologi, semasa SMA dulu? Semula terdapat sekumpulan jerapah berleher pendek yang berada dalam sebuah hutan. Di dalamnya terdapat pohon – pohon yang tinggi dan pohon – pohon yang pendek / rendah. Ada beberapa jerapah yang suka memakan dedaunan di pohon yang tinggi, dan ada yang lebih suka memakan dedaunan di pohon – pohon yang pendek.<br />
<br />
Setelah beberapa tahun kemudian diketemukanlah 2 kondisi yang berbeda dari kumpulan jerapah tersebut. Beberapa dari mereka memiliki leher yang panjang, dan sisanya memiliki leher yang pendek. Kenapa bisa demikian? Ternyata berdasarkan teori yang ada, jerapah yang berleher panjang adalah jerapah yang sering melatih lehernya untuk menjangkau dedaunan yang tinggi. Sedangkan mereka yang berleher pendek adalah jerapah – jerapah yang lebih suka mencari dedaunan di pohon – pohon yang pendek. <br />
<br />
Kisah tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Dalam akhir cerita selalu diungkapkan bahwa nantinya jerapah leher pendek akan mati dan punah, sedangkan jerapah yang berleher panjang akan tetap bertahan hidup. Kepunahan jerapah berleher pendek dikarenakan habisnya dedaunan yang ada di pohon – pohon yang pendek, dan mereka tidak dapat menjangkau dedaunan di pohon yang tinggi. Sungguh tragis bukan?<br />
<br />
Sejenak saya berpikir apakah beberapa dari kita, jemaat GKI Ngagel ini, akan memiliki nasib yang sama dengan para jerapah yang berleher pendek tersebut. <br />
Permasalahan bukan terletak pada tidak adanya sumber makanan, namun justru terlalu banyaknya makanan yang masuk tanpa diimbangi dengan ”OLAHRAGA” yang cukup. Alhasil banyak sekali ditemukan penyakit – penyakit baru pada manusia jaman sekarang. Aneh tapi nyata, namun itulah realita yang terjadi.<br />
<br />
<br />
<b>Sie Olah Raga, Komisi Pemuda GKI Ngagel</b><br />
<br />
Pernahkah anda mendengarnya ? Dan apakah anda sudah mengenal dengan betul tentang siapakah mereka ini? Mari kita simak sejenak profil tentang mereka .<br />
Berdasarkan buku ” Sejarah Ringkas 1 GKI Ngagel ” aktivitas olahraga di GKI Ngagel dimulai sejak tahun 1974. Ada beberapa aktivitas olahraga yang dilakukan pada tahun 1974 – 1980, yaitu olahraga bola voli di LKK Manyar (intern), Home-Tournament, dan pertandingan persahabatan dengan remaja pemuda GGS serta pemuda remaja SMAK Bethel. Pada tahun 1976-1977 pernah juga diadakan pertandingan bulu tangkis dan Bridge dengan Komisi Pemuda GKI Jombang.<br />
<br />
Pada Dekade 80-an mulai dibentuk kepengurusan yang berjumlah 4 – 5 orang dalam Komisi Remaja di bidang olahraga. Dan kegiatan yang dilakukan adalah olahraga voli dan tenis meja. Sejalan dengan perkembangan bidang pelayanan di GKI Ngagel, maka aktivitas olahraga di GKI Ngagel pun juga semakin bertambah. Mulai dari olahraga badminton, basket, ping pong, sepakbola, futsal. Bahkan pada waktu – waktu tertentu pernah diadakan refreshing day, dimana teman – teman pemuda remaja diajak untuk bermain segala macam jenis permainan seperti catur, karambol, dan permainan lainnya selama seharian penuh. Asyik juga ya...<br />
<br />
Bagaimana dengan sepak terjang mereka ? Ternyata ada cukup banyak prestasi yang ditorehkan pada sejumlah piala penghargaan yang didapatnya. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ1CwB_JESjHMc0JcpSXiFW_JvFjlELBaHq_nbTeqakQUg24GFQYlUw9psnAhLrYcmIKvUIrQ0NjbQDD_9L6DRi3XrLrAhLvgG_KuDrZaTvP6iF8by4q5qqck-HmfrDgBZQhgxbThYQYQ/s1600/or2.bmp" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="320" width="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ1CwB_JESjHMc0JcpSXiFW_JvFjlELBaHq_nbTeqakQUg24GFQYlUw9psnAhLrYcmIKvUIrQ0NjbQDD_9L6DRi3XrLrAhLvgG_KuDrZaTvP6iF8by4q5qqck-HmfrDgBZQhgxbThYQYQ/s320/or2.bmp" /></a></div><br />
<br />
Berikut adalah prestasi dari GKI Ngagel di bidang olahraga :<br />
<br />
<b>Olahraga Bulutangkis</b><br />
1. Juara I & II Bulutangkis Turnamen Klasis Banyuwangi 23 & 24 Juni 1997 di GKI Ngagel, Surabaya.<br />
2.Juara II & III Turnamen Olahraga Bulutangkis Putra KP Klasis Banyuwangi 2007.<br />
<br />
<b>Olahraga Tenis Meja</b><br />
1. Juara I Tenis Meja Turnamen Klasis Banyuwangi 23 & 24 Juni 1997 di GKI Ngagel , Surabaya.<br />
2. Juara II Maranatha Cup VI Tenis Meja Beregu Putra. Hut GP GPIB ke-34 di Jemaat Maranatha Surabaya.<br />
<br />
<b>Olahraga Volley</b><br />
1. Juara I Volley Putri, Pesta Lomba 50 tahun Indonesia Merdeka (Panitia Peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka, Komisi Pemuda Sinode GKI Jawa Timur).<br />
2. Juara I Volley Putra, Pesta Lomba 50 tahun Indonesia Merdeka (Panitia Peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka, Komisi Pemuda Sinode GKI Jawa Timur).<br />
<br />
<b>Olahraga Basket </b><br />
1. Juara I Turnamen Olahraga Basket Putra KP Klasis Banyuwangi 2007.<br />
2. Juara Harapan I ” Edgar Wiraditama Cup” ,Turnamen Basket GP-GPIB Bukit Zaitun Surabaya.<br />
3. Juara I Turnamen Bola Basket GKI Ngagel CUP 2002.<br />
<br />
<b>Olahraga Futsal</b><br />
1. Juara I Futsal Unity Cup, 15 Nopember 2007 GKI Pos PI Aletheia Surabaya.<br />
<br />
<b>Lain - Lain</b><br />
1. Juara I Tarik Tambang Putra Pesta Lomba 50 tahun Indonesia Merdeka (Panitia Peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka, Komisi Pemuda Sinode GKI Jawa Timur).<br />
2. Juara Umum Pesta Lomba 50 tahun Indonesia Merdeka (Panitia Peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka, Komisi Pemuda Sinode GKI Jawa Timur).<br />
3. Memperoleh Piala Bergilir Turnamen Klasis Banyuwangi GKI-Jatim (hingga saat ini).<br />
<br />
Cukup membanggakan bukan? Bukankah ini sebuah sejarah , yang ingin mengatakan bahwa di GKI Ngagel ini ternyata ada juga beberapa jemaat yang berbakat di bidang olahraga? Dan sebenarnya cukup banyak jemaat yang berminat untuk berolahraga bersama dengan saudara – saudara seimannya ? Selain membuat badan ini menjadi sehat, juga dapat menjalin keakraban antar sesama jemaat. Dan aktivitas ini juga bisa dikatakan sebagai sebuah persekutuan dalam kemasan yang berbeda.<br />
<br />
Memang realitanya kepengurusan Sie Olahraga masih dibawah Komisi Pemuda GKI Ngagel. Namun itu bukanlah sebuah harga mati, yang ingin menyatakan bahwa aktivitas olahraga di GKI Ngagel hanyalah milik rekan – rekan pemuda remaja saja Justru sangat diharapkan sekali banyak jemaat umum yang bisa ikut berpartisipasi di dalamnya. Baik majelis, aktivis dalam setiap komisi, termasuk juga anda jemaat di GKI Ngagel ini.<br />
<br />
Akankah (aktivitas olahraga GKI Ngagel) punah?? Jawabannya TIDAK, jika kita jemaat GKI Ngagel ini mau melestarikan dengan berpartisipasi di dalamnya. Biarlah dibalik aktivitas pelayanan kita yang padat, terdapat juga tubuh kita yang sehat. <b>SALAM OLAHRAGA!!</b>Thomas Antonius Kristanto Thiowonohttp://www.blogger.com/profile/02715873967355645195noreply@blogger.com0