Senin, 08 Agustus 2011

JADILAH SAKSI KRISTUS !

( Markus 5 : 1 – 20 )

 Waktu itu terjadi sebuah perdebatan kecil diantara kami, “Apakah perlu ada doa pembuka dan penutup dalam sebuah Liturgi Ibadah Kristiani ?”. Dalam kelompok tersebut saya adalah satu – satunya orang yang berkata tidak perlu, karena memang saya tidak pernah menemukan doa pembuka dan penutup setiap kali mengikuti ibadah di gereja saya. Saya adalah jemaat sebuah GKI (Gereja Kristen Indonesia), sedangkan beberapa rekan mahasiswa jurusan lainnya merupakan jemaat sebuah gereja bercorak Karismatik dan Katolik. Sebagai tugas akhir kelas Apresiasi Musik Gerejawi (AMG), kami diminta secara berkelompok untuk membuat sebuah liturgi ibadah dan kemudian mempresentasikannya di depan kelas.
Tidak heran perdebatan tersebut terjadi, karena kami memang berasal dari gereja dengan corak yang berbeda – beda. Sangat asing sekali ketika saya mensharingkan format liturgi ibadah gereja saya kepada mereka.  Permasalahan yang paling kentara adalah tidak adanya doa pembuka di awal ibadah dan doa penutup di akhir ibadah. Mengapa?
Bagi seorang GKI sejati pasti sangat terbiasa dengan istilah Votum dan Salam, Pengutusan dan Berkat.  Berdasarkan apa yang saya pahami dari penjelasan singkat Pendeta saya pada waktu itu, dikatakan bahwa Ibadah GKI tidak pernah ditutup dengan doa tetapi selalu diakhiri dengan “Pengutusan dan Berkat”. Karena pada dasarnya ibadah umat Tuhan tidak hanya berhenti ketika sebuah kebaktian berakhir, tetapi terus berlanjut dalam kehidupan sehari – hari; bahkan umat diutus oleh Tuhan untuk menjadi saksi - saksi-Nya. Ada keterkaitan antara umat di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang hingga kedatangan-Nya yang kedua kali. Lalu apa artinya menjadi saksi Kristus ? Marilah kita menyimak kisah – kisah berikut ini.

 Misionaris Pertama

Kemudian Yesus dan pengikut – pengikut-Nya sampai di seberang Danau Galilea, di daerah Gerasa. Begitu Yesus turun dari perahu, Ia didatangi seorang laki – laki yang keluar dari gua – gua kuburan.” (Markus 5 : 1 & 2, BIS). Masih ingatkah kita dengan kisah ini ? Kisah tentang Tuhan Yesus yang menyatakan kuasa-Nya dengan menyembuhkan seorang yang kemasukkan roh – roh jahat di Gerasa. Kisah roh – roh jahat yang masuk                                                                                   ke dalam kawanan babi dan kemudian lari terjun dari pinggir jurang ke dalam danau, lalu tenggelam.
Roh- roh jahat itu begitu ketakutan ketika melihat Tuhan Yesus datang. Roh – roh jahat itu sadar dengan siapa mereka berhadapan langsung pada waktu itu, sebuah kekuatan yang jauh lebih superior dibandingkan dengan mereka. Walaupun jumlah mereka banyak (‘legion’), tetapi tetap saja mereka tunduk  dan hormat kepada Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi.
Tidak seperti biasanya, pada waktu itu dalam sebuah kelas Studi Berea di gereja kami sang fasilitator memakai kisah ini dari sudut pandang yang berbeda. Ada sebuah penekanan yang menarik pada waktu itu. Penekanan itu ditujukan pada tindak lanjut langsung dari orang yang baru saja dibebaskan oleh Tuhan Yesus dari kuasa roh – roh jahat.
Apabila kita melihat ending dari kisah menakjubkan ini, maka dapat ditemukan banyak saksi beserta reaksinya. Berawal dari penjaga – penjaga babi, orang – orang lain yang juga menyaksikan langsung peristiwa itu,  serta para penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya. Seperti yang dituliskan dalam ayat ke-17, Yesus justru diusir oleh penduduk Gerasa setelah mereka menemukan kebenaran dari kabar yang tersiar. Mereka malah merasa ketakutan ketika melihat secara langsung orang yang tadinya kerasukan roh – roh jahat itu sekarang duduk dan sudah berpakaian, bahkan pikirannya juga sudah waras.
Seorang saksi lain memberikan reaksi yang berbeda dan positif. Saksi itu adalah orang yang baru saja dibebaskan dari kerasukkan roh – roh jahat oleh Tuhan Yesus. Dengan segera dan tanpa berpikir panjang, orang itu langsung memutuskan untuk mengikuti Yesus yang hendak naik ke dalam perahu dan pergi. Sebuah respon yang positif dan menyatakan iman yang besar akan kasih dan kemurahan Tuhan Yesus dalam hidupnya.
Namun ternyata Tuhan Yesus punya rencana lain yang sangat bagus dan efektif. Akan sangat sulit bagi seorang Yahudi diterima di kalangan orang non Yahudi. Oleh karena itu Yesus memakai orang tersebut yang temasuk dalam golongan non Yahudi, untuk pulang dan memberitakan kebaikkan Tuhan Yesus atas hidupnya kepada orang - orang segolongannya. Dan kemudian “Orang itu pun pergi, dan mulai menceritakan di daerah Sepuluh Kota (Dekapolis) apa yang telah diperbuat Yesus kepadanya. Semua orang heran mendengarnya.” (Markus 5:20, BIS). Orang inilah  Misionaris pertama yang diutus oleh Tuhan Yesus ,dan kisah ini tercatat dalam kitab Injil Matius, Markus dan Lukas.

Pendoa Keliling

  Untuk kedua kalinya saya terkena penyakit demam berdarah. Waktu itu saya harus rawat inap di  Rumah Sakit Vincentius A. Paulo / RKZ selama 1 minggu lebih. Hanya terdapat  buku bacaan dan radio rumah sakit yang dapat membunuh kesepian saya. Ditengah perjuangan melawan rasa sakit akibat turunnya trombosit di dalam tubuh, saya selalu mengharapkan adanya penghiburan dari Tuhan.
 Tuhan mendengarkan doa saya. Dia memberikan teman – teman  seperjuangan dalam sebuah kamar kelas ekonomi di RKZ. Tuhan memakai pasien lainnya, suster penjaga dan beberapa teman – teman gereja untuk menunjukkan bahwa saya tidak berjuang seorang diri. Sebelah kiri saya terdapat opa Frans yang berusia 60 tahunan , korban tabrak lari ketika sedang bersepeda santai di pagi hari. Tulang pinggangnya patah, dan pergerakkannya menjadi sangat terbatas sehingga harus dibantu oleh orang lain. Tak henti – hentinya saya dibuat tertawa oleh opa Frans sepanjang hari.
Memasuki hari yang ke-5 , kondisi tubuh saya semakin melemah. Pada waktu itu saya selalu batuk - batuk dan mengeluarkan riak yang bercampur dengan darah beku. Setiap kali darah beku itu keluar, saya selalu merasa kesakitan. Sepanjang hari itu saya mengeluh dan marah dalam hati karena si dokter sedang tidak ada di tempat. Beliau sedang  mengikuti retret di gerejanya dan tidak dapat dihubungi. Suster jaga selalu berusaha memberikan penjelasan kepada saya dan memohon pengertian yang lebih pada waktu itu.
Penderitaan terbesar terjadi ketika tengah malam tiba. Hampir beberapa menit saya selalu batuk – batuk dan mengeluarkan darah beku. Sempat sesekali nafas menjadi sesak dan sulit untuk bernafas. Setiap beberapa menit saya selalu memencet tombol panggilan,  hingga akhirnya seorang suster jengkel dan meminta saya untuk bersabar karena dokter memang belum dapat dihubungi. “Bu Dokter, angkatlah teleponmu !” protes saya dalam hati.
“Ting…ting..ting..ting..tingggg “ , bunyi lonceng kecil itu membangunkan tidur nyenyak saya setelah beberapa kali berjuang untuk dapat beristirahat. Bunyi lonceng yang nyaring itu menandakan waktunya mandi dan bersiap diri menyambut cerahnya pagi hari. Lagi – lagi saya harus memakan bubur yang hambar dengan kuah yang agak berminyak itu. “Ah, lagi – lagi bubur berminyak. Kapan nih makan enaknya ?” kata saya dalam hati.
Untuk beberapa menit kemudian suasana Rumah Sakit semakin ramai dengan aktivitas para suster dan dokter yang berlalu - lalang. Saya kembali mengisi kekosongan waktu itu dengan membaca buku yang saya bawa. Saya selalu berharap bahwa Tuhan akan memberi sesuatu yang spesial di hari itu, dan Dia mendengarkan doa saya.
Siang hari, sekitar Pkl. 13.00 wib datang beberapa orang asing mengunjungi kami yang sedang beristirahat. Mereka adalah orang – orang gereja sebuah gereja karismatik yang mau mendoakan kami satu persatu, dan kemudian membagikan brosur kegiatan mereka. Hal yang sama dilakukan oleh sekelompok bapak – bapak yang juga mendoakan kami, serta share tentang kegiatan komunitas mereka di dalam Kristus. Sempat terlintas dalam pikiran saya:” Kapan ya anak – anak pemuda remaja gereja kami bisa melakukan pelayanan doa keliling seperti ini ?” Saat itu saya cukup terhibur dan merasakan nuansa kekeluargaan di dalam Yesus Kristus.
Selang beberapa menit kemudian muncul seorang opa usia sekitar 65 – 70 tahun , yang masuk dan melakukan hal yang sama, yaitu doa keliling. Semula saya sempat mengeluh, “Ah , didoakan lagi nih!”. Setelah melewati 2 orang pasien, maka tibalah giliran saya. Dengan nada yang lirih opa tersebut menanyakan 2 hal yang sangat mendasar, “ Namamu siapa? Sedang sakit apa ?” Ketika semua informasi didapatkan, maka si opa pun segera meraih kedua tangan saya dan mulai berdoa.
Semula terdengar suara opa yang begitu lembut mendoakan saya. Akan tetapi setelah itu terdengar suara yang agak bising di dekat saya. Kemudian karena penasaran saya pun membuka mata dan melihat sesuatu hal yang mengejutkan. Ternyata si opa terkena penyakit parkinson. Jadi suara bising itu berasal dari benturan arloji si opa dengan besi pegangan ranjang tempat saya berbaring. Tangan saya juga menjadi ikut bergoyang ketika didoakan. Setelah itu sayapun menutup mata saya kembali dan menikmati setiap kata dalam doa si opa. Air mata menetes sedikit demi sedikit. Saya merasa telah melihat Tuhan Yesus dalam diri opa ini. Saya serasa berjumpa langsung dengan Tuhan Yesus yang berkata : “ Jangan takut. Ini Aku. Kamu tidak berjuang sendirian.”
Setelah selesai mendoakan , si opa pun lanjut berjalan menuju ke pasien selanjutnya. Kemudian ada seorang pasien yang berkomentar kalau opa tersebut adalah tetangganya. Opa tersebut memang terkenal rajin untuk doa keliling di RKZ. Dia adalah seorang Katolik yang setia dalam melakukan pelayanan doa kepada orang sakit. Untuk menuju  ke RKZ, si opa pun harus berjalan kaki dari rumah yang tidak terlalu jauh lokasinya. “ Ya Tuhan, aku baru saja melihat Engkau di sini !” kagum saya dalam hati.

Klien Asuransi

Beberapa saat yang lalu kantor kami didatangi oleh seorang sales asuransi. Kehadirannya membuat kami cukup terganggu , khususnya saya. Sales asuransi ini adalah seorang wanita muda, berkulit putih , bertubuh pendek, berkacamata, dan memiliki ekspresi wajah yang selalu ceria. Hampir setiap hari sales tersebut datang untuk melakukan proses pendataan karyawan kantor kami yang hendak diasuransikan kesehatannya. Setiap bertemu orang baru, sales ini selalu meminta waktu untuk menawarkan produk asuransinya. Terkadang konsentrasi kami menjadi terganggu ketika mendengar suara kerasnya, sewaktu memprospek seseorang.
Suatu hari datang seorang klien kami yang hendak mengkonsultasikan proyeknya. Bapak ini berperawakan tinggi dan juga berkacamata. Raut wajah dan cara bicaranya mencerminkan seseorang yang sangat sopan dan sabar. Kedatangannya disambut hangat oleh seorang rekan kami di meja bundar besar, tempat kami biasanya berdiskusi.
Selang beberapa menit, datanglah si sales asuransi. Sejenak ia melihat kondisi di sekelilingnya dan kemudian duduk di dekat meja bundar tersebut. Waktu itu sang klien sedang duduk sendirian menunggu rekan kami yang masih memeriksakan sesuatu sesuai permintaan si bapak. Tanpa basa – basi sales asuransi tersebut mendekati si bapak dan menanyakan hal yang mendasar, “Bapak sudah punya asuransi kesehatan?”.
Anehnya bapak ini cukup asing dengan istilah asuransi, sehingga si sales pun harus menjelaskan sedikit mengenai apa itu asuransi. Beberapa menit kemudian sang bapak memotong begitu saja pembicaraan mereka. Bapak itu langsung berkata, “ Maaf saya tidak butuh asuransi, saya sudah punya Tuhan Yesus!” Cukup tegas sang bapak mengatakannya dan membuat sales itu mendadak terdiam seribu bahasa. Saya pun dengan beberapa karyawan lainnya ikut terdiam sejenak dan langsung menoleh ke arah mereka. “Siapa bapak ini ? Berani sekali berbicara seperti itu di depan umum. Benar – benar punya iman yang besar !” ujar saya dengan penasaran. Kemudian sales itu sedikit demi sedikit mengambil langkah mundur dan ijin untuk mengakhiri pembicaraan.
“Saya sudah punya Tuhan Yesus !”, kalimat ini terus terngiang – ngiang dalam pikiran saya pada waktu itu. Saya menjadi sedikit gelisah dan mempertanyakan , “ Bagaimana dengan saya ya? Saya termasuk seorang aktivis yang rajin beribadah, akan tetapi apakah saya punya iman sebesar Bapak ini? Hm…” Kemudian perhatian saya kembali tertuju kepada si bapak yang sedang bercerita tentang kisah anak kostnya. Dulu pemudi tersebut belum percaya kepada Tuhan Yesus dan berkeyakinan lain. Sebagai pemilik kost ,si bapak kemudian mulai memperkenalkan tentang Tuhan Yesus dan kehidupan bergereja. Membutuhkan waktu yang cukup lama memang, tapi sangat efektif. Dan baru – baru ini terdengar kabar bahwa pemudi tersebut telah menjadi aktivis di sebuah gereja. Sungguh luar biasa karya Tuhan Yesus melalui Bapak ini , yang telah menjadi saksi-Nya.



Pernyataan  “ Jadilah Saksi Kristus !” yang sering kita dengar di akhir ibadah, bukanlah sebuah undangan namun merupakan sebuah “perintah” dari Tuhan Yesus langsung untuk menjadi saksi-Nya. Kita selalu diutus oleh-Nya untuk bersaksi bagi dunia yang cemar.
Semua anak Tuhan dapat menjadi saksi Kristus, seperti opa dan bapak yang ada dalam kisah nyata di atas. Untuk menjadi saksi-Nya tidak harus menjadi seorang Pendeta ataupun Misionaris. Bahkan seringkali Tuhan Yesus memakai Jemaat awam untuk menjadi saksi bagi Jemaat awam lainnya. Seperti orang yang tadinya kerasukan itu yang adalah seorang non Yahudi , diutus untuk bersaksi kepada penduduk Dekapolis yang merupakan kelompok non Yahudi juga. Tuhan Yesus tidak pernah berkarya sendiri di dunia ini. Dia menginginkan anda dan saya untuk menjadi patner kerjanya.
Untuk menjadi saksi Kristus kita harus mengalami terlebih dahulu “kasih Tuhan” di dalam hidup kita. Tidak harus mengalami peristiwa / mukjizat yang supranatural. Dengan masih diberikannya nafas kehidupan, keluarga / orang – orang yang kita cintai, pekerjaan, maupun kesehatan , maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya kita ini adalah orang yang sangat dikasihi-Nya. Terlebih lagi Anugerah Keselamatan yang telah kita terima secara gratis, sangat berharga dan melebihi segalanya. Pengalaman kasih inilah yang menjadi bahan bagi kita untuk bersaksi, sambil memperkenalkan pribadi Tuhan Yesus kepada orang lain di sekitar kita.
Tidak ada yang sia – sia untuk bersaksi bagi Kristus. Seperti yang dicatat dalam kitab Markus 7 :31 – 32, Yesus mendapatkan respon yang jauh lebih baik dari sebelumnya ketika berada diantara penduduk Dekapolis dan membuat mukjizat. Peristiwa ini terjadi beberapa saat kemudian setelah peristiwa pengusiran roh – roh jahat di Gerasa.  Penduduk Dekapolis sudah jauh lebih mengenal tentang Tuhan Yesus dan apa yang telah diperbuat-Nya, melalui orang yang tadinya kerasukkan roh - roh jahat tersebut. Dia membukakan jalan bagi Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam hidup penduduk Dekapolis. Sama halnya dengan kita yang seharusnya membukakan jalan bagi Tuhan Yesus untuk berkarya dalam hidup sesama kita.
Oleh karena itu saudara - saudara, “Jadilah Saksi Kristus !” Tidak hanya dalam perkataan tetapi juga dalam perbuatan kita. Jadilah saksi Kristus dengan menjadi karyawan yang baik di kantor kita masing - masing; dengan menjadi atasan yang baik dan takut akan Tuhan; dengan berperilaku yang baik dan sesuai firman Tuhan kepada anak, mertua, pembantu, sopir maupun tetangga kita. Bahkan kepada musuh – musuh yang telah melukai dan mempermalukan kita.

               Semua orang percaya dapat menjadi saksi Kristus, pertanyaannya adalah  :
             “ Maukah Anda Menjadi Saksi Kristus ? ”


“Dan Kabar Baik tentang bagaimana Allah memerintah akan diberitakan ke seluruh dunia, supaya semua orang mendengarnya. Sesudah itu barulah datang kiamat.” (Matius 24 : 14, BIS)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar